EQ Mentor Certification Batch XII


Kelas EQ Mentor Certification ini adalah yang pertama dan satu-satunya di Indonesia sejak 2010. Kelas ini secara komprehensif dan praktis, akan memberikan Anda kemampuan untuk:

  • Memahami apakah Kecerdasan Emosi (EQ) yang sesungguhnya dan bagaimana dampaknya yang begitu luar biasa untuk seluruh aspek kehidupan kita.
  • Memahami kesalahan-kesalahan penerapan EQ. Banyak orang sudah mendengar soal Kecerdasan Emosi, tetapi hingga kini masih sangat sedikit yang benar pemahamannya dan benar-benar bisa mempraktekkannya
  • Menguasai penggunaan Kecerdasan Emosi (EQ) untuk berbagai aspek kehidupan, baik kehidupan pekerjaan maupun personal
  • Menggunakan Kecerdasan Emosi (EQ) untuk mengelola hubungan dengan orang lain mulai dari hubungan kerja hingga hubungan personal dan keluarga.

Selama 3 hari dalam 12 sesi, Anda akan dituntun dengan sangat praktis oleh Josua Iwan Wahyudi, satu dari sedikit pakar Kecerdasan Emosi (EQ) di Indonesia, yang berhasil menemukan Cristal EQ Model, yaitu sebuah metode praktek EQ yang sangat mudah dan sederhana untuk diaplikasikan oleh siapapun dalam keadaan apapun!

WITH SUPER BONUSES!

Untuk semakin memperdalam dan memperkuat penguasaan Anda terhadap EQ, kami juga akan memberikan kepada Anda 7 BONUS LUAR BIASA:

  1. ShifThink Emotional Intelligence Test (SEIT), yaitu tes Kecerdasan Emosi (EQ) yang memotret gambaran kompetensi EQ Anda secara menyeluruh. Dengan standar internasional, SEIT menjadi satu-satunya tes EQ di Indonesia yang memberikan gambaran utuh mengenai kondisi EQ Anda.
  2. ShifThink Personality Assessment (SPA), yaitu tes personaliti sekaligus tes daya tahan emosional Anda dalam menghadapi tekanan. Termasuk juga di dalamnya Anda akan mendapatkan gambaran komplit mengenai kecenderungan perilaku dan pola berpikir Anda.
  3. Emotional Root Test (ERT), yaitu tes untuk memetakan akar pola-pola emosi Anda, sehingga dalam waktu sangat singkat, Anda dapat menemukan apa akar penghambat yang selama ini membuat Anda menjadi tidak produktif.
  4. Tes S.O.P.A.N, yaitu tes untuk mengetahui apa yang menjadi tombol emosional penggerak Anda. Melalui tes ini kita juga bisa menggunakannya untuk memetakan tombol emosional orang lain.
  5. Buku E-Factor senilai Rp 150.000,-, satu-satunya buku Kecerdasan Emosi (EQ) yang paling komprehensif, sekaligus praktis dan aplikatif di Indonesia. Buku ini ditulis dengan bahasa yang sederhana, didesain dengan sangat atraktif, namun kaya akan tips dan panduan praktis yang ampuh sekaligus mendalam!
  6. Biodot Stress Assessor, sebuah alat khusus untuk mendeteksi tingkat ketegangan / stres Anda. Alat yang diimpor dari Amerika ini sangat akurat dan cepat dalam memberikan Anda gambaran situasi Anda dan bisa digunakan kapanpun dimanapun secara cepat dan mudah!
  7. Panduan 30 hari EQ Accelerator, yaitu sebuah buku yang berisi tuntunan sederhana untuk dibaca dan dipraktekkan setiap hari selama 30 hari. Dengan mengikuti perjalanan tuntunan dari buku ini, dalam 30 hari Anda akan mengalami pertumbuhan Kecerdasan Emosi yang sangat signifikan. Buku ini juga bisa Anda pakai untuk bahan coaching awal dengan klien maupun orang yang Anda mentor!

Mengingat kelas ini sangat eksklusif, penuh dengan pembelajaran yang interaktif dan juga praktek-praktek personal yang mendalam, maka kami membatasi peserta untuk kelas ini hanya 12 orang saja! Karena itu segeralah bertindak cepat untuk mendaftarkan diri Anda!


PilPres: Ujian Kecerdasan Emosi


Sudah bukan rahasia lagi, bahwa sikap dan perilaku kita, didorong oleh perasaan (emosi) sebagai penekan tombol “enter” (eksekutornya). Memang betul, rasio dan pikiran kita terus bercampur aduk dengan perasaan di dalam proses kita membuat penilaian, kesimpulan, maupun keputusan. Tetapi, perasaan tetaplah sang eksekutor akhir.

Itu sebabnya, walau rasio kita berkata “ini benar” tetapi ketika hati kita merasa “ada yang salah”, kita tetaplah ragu-ragu untuk bertindak, karena kita tidak memiliki sang eksekutor (yaitu emosi kita) untuk menekan tombol “action”.

Hal ini sudah diteliti dan diperkuat dengan sebuah kejadian dimana seorang pasien sakit ayan yang menjalani operasi dan ketika bagian syaraf tertentu di otak yang berhubungan dengan emosi diputus, maka pasien sangat kesulitan untuk membuat keputusan, bahkan untuk aktifitas sesederhana memasang kancing baju.

Masalahnya, siapa yang berperan untuk mengendalikan si emosi ini? Jika dia yang akan menjadi eksekutor pendorong semua tindakan kita, bukankah berbahaya jika emosi ini dibiarkan liar tak terkendali, atau dikendalikan oleh hal-hal di dalam diri kita, yang tidak kita kenali dan ketahui? Atau bahkan dikendalikan oleh orang lain?

Inilah yang sering terjadi. Banyak orang stres ketika ditanya, “Kenapa kamu stress?”, mereka menjawab “tidak tahu, pokoknya stres aja…”. Banyak orang melakukan bermacam-macam hal karena dorongan perasaan mereka tanpa tahu mengapa perasaan itu bisa muncul dan entah sejak kapan perasaan itu menguasai mereka.

Dalam berbagai seminar tentang Kecerdasan Emosi (EQ), saya berulang-ulang menyatakan bahwa mayoritas manusia, hidup dengan mode “auto-pilot”. Mereka bagaikan robot organik, yang hidup setiap hari hanya untuk menjalankan program tindakan-tindakan yang sudah disodorkan oleh perasaan-perasaan yang menguasai mereka.

Contoh, setiap kali berada dalam situasi yang berisi orang-orang yang tak Anda kenal semuanya, apa yang akan Anda lakukan? Beberapa orang biasanya akan mengajak kenalan orang di sampingnya. Beberapa orang memilih duduk di pojokan menyendiri. Beberapa orang berkeliaran membagi-bagi kartu nama sambil “soak akrab sok dekat”. Nyaris semua perilaku itu terjadi “begitu saja” seperti sebuah program yang di’enter.

Kita memang sadar saat melakukannya. Kita tidak pingsan. Tapi, sebenarnya pikiran tidak sadar kitalah yang melakukannya. Program-program otak kitalah yang melakukannya. Itu sebabnya saya menyebutnya sebagai robot organik.


APA HUBUNGANNYA DENGAN PILPRES?

Saya mengamati, dalam suasana Pilpres ini, banyak orang yang bersikap dan bertindak, karena dorongan-dorongan perasaan yang sangat kuat sekali. Dalam berkampanye, dalam berorasi, dalam adu argumentasi di sosmed, dalam berdebat, dalam deklarasi dan konferensi pers, maupun dalam percakapan informal di warung dan kafe-kafe.

Ada yang digerakkan oleh dorongan emosi kecintaan pada negara, ada yang didorong oleh emosi kemarahan pada ketidakadilan, ada yang didorong oleh emosi takut akan kerusuhan, ada yang didorong oleh emosi kebanggaan sebagai pembela negara. Bermacam-macam sekali, tetapi tidak satupun yang bergerak tanpa dorongan emosi.

Serasional apapun pembelaan, penjelasan, analisa, dan pembenaran yang mereka ungkapkan. Pada akhirnya, di hulu dan akarnya, selalu ada sebuah pemicu emosional yang membuat semuanya benar-benar terlaksana dalam bentuk perkataan, tindakan, dan sikap.

Sekarang pertanyaan lebih jauhnya lagi. Apakah perasaan-perasaan yang mendorong itu, adalah hasil dari program internal Anda sendiri yang Anda juga tidak tahu kapan, dimana, dan kenapa terbentuknya. ATAU, perasaan yang mendorong Anda adalah HASIL PEMROGRAMAN DARI PIHAK TERTENTU? ATAU dorongan perasaan itu adalah hasil pemrograman dari kesadaran Anda sendiri?

Tidak mudah memang membedakan ketiganya.

Perasaan manusia begitu mudah dimanipulasi. Jika Anda belajar tentang mekanisme kerja otak manusia, Anda akan mengerti betapa banyaknya celah yang bisa dipakai untuk mem’program perasaan seseorang dalam waktu singkat dan efektif.

Itu sebabnya, dalam Kecerdasan Emosi (EQ), kemampuan dasar yang paling mendasar yang akan selalu diajarkan di awal adalah: SELF AWARENESS, kesadaran diri. Baru kemudian SOCIAL AWARENESS, kesadaran akan lingkungan sekitar (baik manusia lain maupun alam dan kehidupan).

Bagian AWARENESS ini mengajarkan kepada kita untuk selalu AWAKE (bangun), dan memeriksa, apakah perkataan, sikap, dan perilaku saya ini memang adalah hasil pilihan sadar saya dan bukan karena sedang dimanipulasi oleh pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan celah emosional saya?

Bayangkan kalau ada orang yang memiliki “lubang emosional” di rasa berharga, dan dia mencoba “menambalnya” dengan mencari pujian dan sanjungan dari orang lain. Lalu ada orang yang bisa membaca gejala itu dan kemudian “memanipulasi” orang itu dengan memberi “makan” pujian dan sanjungan untuk kemudian menanamkan “program-program” perasaan tertentu, sehingga menghasilkan tindakan tertentu. Inilah yang saya ceritakan tadi, orang ini baru saja menjadi korban manipulasi emosi dan semua perbuatannya hanyalah hasil dari pemrograman dari orang lain.

Kesadaran diri adalah sebuah bentuk intervensi terhadap “program-program” yang coba ditanamkan kepada orang lain. Cara paling simpel yang selalu saya ajarkan di kelas EQ adalah: PAUSE. Coba berhenti dulu sebelum berucap atau bertindak (atau membuat status sosmed!).

Lalu kemudian bertanyalah pada diri-sendiri, benarkah ini pilihan sadar saya? Atau jangan-jangan ini kebiasaan berulang saya setiap kali bertemu situasi yang semacam ini? Atau yang lebih bahaya, jangan-jangan ada pihak tertentu yang ingin saya merasa seperti ini dan bersikap seperti ini?

Andaikan, seluruh rakyat Indonesia mengerti konsep dasar dari Kecerdasan Emosi (EQ) ini, tentu kegaduhan pasca Pilpres tidak akan seriuh sekarang (walaupun mungkin juga jadi “kurang seru” yah…).

Tapi sayang, meski istilah Kecerdasan Emosi (EQ) sudah didengungkan dimana-mana, sudah banyak orang yang (entah benar-benar memahami atau tidak) mengajarkannya dimana-mana. Tapi ternyata, masih sangat sedikit yang benar-benar memahami bagaimana mempraktekkannya dalam kehidupan, terutama di masa-masa pasca Pilpres yang penuh dengan “aksi pemrograman” masif seperti saat ini.

Semoga artikel sederhana ini bisa menjadi semacam “wake up call” bagi kita semua, bahwa kita yang seharusnya menjadi tuan atas perasaan kita sendiri. Saat menulis ini pun, saya terus mencoba bertanya pada diri-sendiri, apa yang menggerakkan saya untuk menulis topik ini, apakah emosi saya sudah terkena “virus pemrograman” pihak tertentu?

Lebih jauh lagi, apa dampak tulisan ini kepada orang lain dan suasana keseluruhan?

Bukankah kita semua belajar agama dan belajar ilmu pengetahuan, supaya menjadi orang yang lebih bijaksana dan memiliki pengendalian diri? Mari kita mulai dengan mengambil kendali atas perasaan dan tindakan kita sendiri. Marilah kita menjadi orang-orang yang sadar diri. Marilah menjadi cerdas emosi.


 

Josua Iwan Wahyudi (JIW) adalah satu dari sangat sedikit pakar Kecerdasan Emosi (EQ) di Indonesia dan merupakan Master Trainer EQ yang berpengalaman lebih dari 10 tahun memberikan pelatihan di berbagai perusahaan, organisasi, kampus, dan sekolah. Beliau merupakan International Certified EQ Trainer termuda di Indonesia dari Six Seconds International dan merupakan International Certified EQ-i Coach dari Reuben Bar-On. Selain pernah dipercaya menjadi EQ Coach untuk finalis Indonesian Idol 2012,2014, & 2018, serta menjadi EQ Coach untuk Miss Indonesia 2015, sampai kini beliau masih aktif untuk mengajar Kecerdasan Emosi (EQ) untuk berbagai level audiens dan sudah menulis 37 buku! Bahkan, buku “E-Factor” yang beliau tulis, menjadi buku EQ paling aplikatif yang pernah ada di Indonesia.


Menghadapi Bos “Baper”


Sebagaimana uniknya setiap manusia, begitu pula dengan para bos / atasan / pemimpin di kantor kita. Jika Anda memiliki pengalaman yang cukup kaya untuk bekerja di berbagai organisasi, dan sempat memiliki lebih dari 5 atasan, mungkin Anda mengerti betapa variatifnya seorang “atasan”.

Diantara sekian tipikal seorang bos, salah satu yang mungkin bisa Anda jumpai adalah jenis atasan yang mudah “Baper” (bawa perasaan). Baper adalah istilah masa kini untuk menggambarkan seseorang yang sensitive perasaannya dan mudah dipengaruhi oleh kondisi perasaannya tersebut.

Istilah Baper sebenarnya banyak diberikan kepada anak-anak muda yang mudah menjadi sensi / “mellow”. Bahkan mereka bisa menjadi baper dengan tiba-tiba, atau karena alasan-alasan yang di luar dugaan (yang kadangkala menurut kita sepele). Namun, kasus baper ini rupanya juga bisa terjadi pada bos kita di kantor.

Jika kebetulan Anda menghadapi bos yang mudah baper, maka artikel ini akan memberikan kepada Anda beberapa tips praktis agar Anda tetap bisa bekerja secara produktif dan tetap bisa berkoordinasi secara efektif dengannya.

 

KENALI POLANYA

Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah mengamati dan mengenali seperti apa pola baper yang sering terjadi pada bos Anda. Bentuk-bentuk kalimat seperti apakah yang bisa berpengaruh besar, sikap dan perilaku seperti apa, atau kejadian-kejadian apa yang bisa membuat bos Anda berubah ‘mood’nya.

Misalnya, ada bos yang menjadi sensi setiap kali kita kelupaan memberitahu tindakan-tindakan yang sudah kita eksekusi . Padahal, mungkin Anda mengambil tindakan itu karena instruksi yang pernah dia berikan sebelumnya. Namun, bos Anda berharap sebelum Anda mengeksekusi, Anda memberikan laporan dan meminta ijinnya lebih dulu. Ada bos yang bisa menjadi baper ketika ia merasa Anda tidak menginformasikan tindakan Anda dan terkesan “melangkahi” dia.

Mengenali pola-pola orang lain adalah bagian dari kemampuan Kecerdasan Emosional (EQ). Ketika Anda mengenali pola-pola perilaku atasan Anda, maka Anda akan memiliki kesadaran yang tinggi terhadap tindakan-tindakan yang akan Anda lakukan kepada atasan Anda. Sehingga Anda mampu memilih sikap dan respon yang terbaik dalam situasi apapun.

 

JANGAN IKUT BAPER

Salah satu kesalahan terbesar yang terjadi adalah ketika mood atau perasaan bos kita sedang “tidak bagus”, kita ikut-ikutan menjadi terganggu. Jika itu yang terjadi, biasanya respon-respon kita menjadi tidak bagus. Bukan hanya respon kepada bos kita, tetapi juga bisa sampai mengganggu respon kita kepada rekan kerja, bawahan, dan bahkan teman dan kenalan lain di luar kantor.

Jika kita belajar soal Kecerdasan Emosional (EQ), kita akan mengerti bahwa emosi adalah energi. Ketika orang lain sedang menunjukkan emosi / mood yang kurang oke, mereka sedang meradiasikan energi yang tidak bagus kepada kita. Salah satu cara untuk  “menetralkan” situasi ini adalah dengan menjaga diri kita agar tetap dalam keadaan mood dan perasaan yang baik.

Dengan demikian, kita bisa meradiasikan energi emosi yang positif dan bahkan energi emosi itu bisa mempengaruhi bos kita dan membuatnya menjadi lebih baik. Tidak bisa dipungkiri, bahwa semua orang suka berada di dekat orang yang energi emosinya positif.

 

>> Penting Dibaca: 5 Tanda Karyawan Medioker! (Yang Kedua Epic Banget!) <<

 

AKOMODASI PERASAANNYA

Ketika bos Anda sedang baper, berusahalah untuk mengakomodasi perasaannya dengan kalimat-kalimat yang menenangkan. Misalnya, “Jangan khawatir pak, saya sudah memastikan ulang semuanya supaya keputusan yang terlanjur diambil, benar-benar bisa direvisi selambatnya besok”.

Salah satu kesalahan yang umum dilakukan oleh banyak orang adalah, ketika bosnya baper, dia sibuk beralasan, membela diri, atau menyalahkan pihak lain. Dengan cara demikian, kita malah memperburuk keadaan.

Lalu ketika dalam keadaan baper, urusan-urusan teknis menjadi tidak sepenting urusan perasaan, itu sebabnya kita jangan terjebak untuk banyak membahas urusan teknis lebih dulu. Sebisa mungkin ulurlah waktu untuk memberi ruang agar bos Anda menjadi “baikan” barulah kemudian Anda bisa melanjutkan pembahasan pekerjaan Anda.

 

HADAPI DENGAN BIJAK

Jika keadaan memang sangat buruk, terjadi berulang-ulang dan benar-benar mengganggu kinerja Anda. Maka hal terbaik yang bisa Anda lakukan adalah memilih waktu yang tepat untuk mendiskusikan hal ini dengannya. Memang tindakan ini cukup beresiko karena bisa saja menjadi penyebab baper episode berikutnya.

Tetapi, jika Anda melakukannya dengan ketulusan hati dan semangat untuk menjadi lebih baik, bos Anda akan bisa merasakannya dan itu akan menjadi bahan evaluasi yang baik bagi dirinya.

Banyak orang menjadikan bosnya yang baper sebagai bahan gosip, bahan pergunjingan di belakang, dan menjadi bahan olok-olok. Ini sikap yang bukan saja tidak ada manfaatnya sama sekali, tidak mengubah apa-apa, dan sekaligus berbahaya karena kalau sampai hal ini didengar oleh bos Anda, maka akan mengancam karir Anda sendiri.

Walaupun jenis bos baper memang tidak banyak dan tidak selalu akan Anda jumpai, tetapi penting bagi kita untuk melatih Kecerdasan Emosional (EQ) kita, karena akan sangat menolong kita dalam berkomunikasi  dan berhubungan dengan orang lain, termasuk para bos yang unik yang bisa saja Anda jumpai di kemudian hari.

Selamat melatih Kecerdasan Emosional Anda!

 

> GRATIS DOWNLOAD! Panduan Premium 7 Hari Praktek Kecerdasan Emosi (EQ)! <<


 

Josua Iwan Wahyudi (JIW) adalah satu dari sangat sedikit pakar Kecerdasan Emosi (EQ) di Indonesia dan merupakan Master Trainer EQ yang berpengalaman lebih dari 10 tahun memberikan pelatihan di berbagai perusahaan, organisasi, kampus, dan sekolah. Beliau merupakan International Certified EQ Trainer termuda di Indonesia dari Six Seconds International dan merupakan International Certified EQ-i Coach dari Reuben Bar-On. Selain pernah dipercaya menjadi EQ Coach untuk finalis Indonesian Idol 2012,2014, & 2018, serta menjadi EQ Coach untuk Miss Indonesia 2015, sampai kini beliau masih aktif untuk mengajar Kecerdasan Emosi (EQ) untuk berbagai level audiens dan sudah menulis 37 buku! Bahkan, buku “E-Factor” yang beliau tulis, menjadi buku EQ paling aplikatif yang pernah ada di Indonesia.


DNA Entrepreneur

“Entrepreneurship bukanlah untuk semua orang.”

Kalau Anda kebetulan pernah menghadiri seminar motivasi atau kelas-kelas training dimana pembicaranya berkata “Asalkan ada niat dan tahu caranya, semua orang bisa menjadi entrepreneur!”, menurut saya, itu sebuah kalimat yang cacat logika.

Statistik menunjukkan bahwa angka entrepreneurship di Indonesia tahun 2017, adalah 3,1% dan di negara-negara maju berkisar sekitar 8-13%.

Artinya, di Indonesia, dari 33 orang hanya 1 yang berkemungkinan menjadi entrepreneur. Sedangkan di negara-negara maju, dari 33 orang, paling banyak 5 orang saja yang berpeluang menjadi entrepreneur.

Statistik jelas-jelas menyatakan bahwa entrepreneurship BUKAN UNTUK SEMUA ORANG.

Lalu, secara “hukum alam” sendiri, dibutuhkan lebih banyak karyawan ketimbang entrepreneur. Karena setiap 1 orang pemilik usaha membutuhkan minimal 1 orang juga untuk menjadi karyawannya dia. Semakin besar usahanya, semakin banyak pula karyawan yang dia butuhkan untuk bekerja kepadanya.

Kalau semua orang menjadi entrepreneur, lalu siapa yang jadi karyawannya? Kalau 50% populasi menjadi entrepreneur, maka dengan sendirinya itu keadaan itu akan membunuh entrepreneurship karena kekurangan tenaga kerja untuk menjadi karyawan. Maka, memang sudah menjadi “hukum alam” bahwa jumlah entrepreneur selalu jauh lebih kecil dari jumlah karyawan “yang kerja sama orang”.

Maka, memberikan harapan palsu dengan kata-kata “Semua orang bisa menjadi entrepreneur!” adalah sebuah dorongan motivasional yang berbahaya sekaligus kejam. Saya sebut kejam karena memberikan iming-iming palsu tanpa membuka semua fakta kebenarannya.

Dan karena entrepreneurship bukan untuk semua orang, itu sebabnya, Founder Institute, salah satu lembaga pendidikan Start Up yang cukup ternama dari Amerika dan sudah memiliki perwakilan di berbagai kota besar dunia, mencetuskan istilah “DNA Entrepreneur”. Artinya, orang-orang yang menjadi entrepreneur sukses biasanya memiliki ciri-ciri yang mirip.

Akan sangat panjang untuk membahas keseluruhan detail DNA Entrepreneurship ini. Di artikel kali ini, saya hanya akan memaparkan secara singkat, 3 indikator dasar untuk memeriksa apakah di dalam diri kita ada “bakat” seorang entrepreneur. Mari kita mulai!

EMOTIONAL STABILITY

Dunia wirausaha adalah dunia yang penuh gejolak, perubahan, dan sangat dinamis. Banyak hal-hal diluar prediksi yang bisa terjadi dan seringkali kita akan berhadapan dengan situasi-situasi yang tidak jelas namun membutuhkan keputusan yang cepat dan tegas.

Disinilah Kecerdasan Emosi (EQ) menjadi penting, karena dibutuhkan orang yang memiliki ketenangan emosional. Entrepreneur sejati adalah orang yang berhati-hati, sekaligus berani. Artinya, dia bisa mengambil keputusan yang teguh dengan cepat namun sekaligus juga sudah memperhitungkan konsekuensinya.

Dan yang menarik, sebagian besar entrepreneur sukses adalah orang-orang yang tidak kehilangan ketenangannya meski sedang menghadapi krisis maupun keadaan-keadaan sulit di luar perkiraan. Itu sebabnya, mereka mampu menghadapi resiko dan ancaman dengan tetap tenang tanpa kehilangan pemikirannya.

Seorang entrepreneur adalah orang yang bisa hidup dalam ketidakpastian dan bisa beradaptasi dengan berbagai perubahan yang dinamis. Apalagi jika kita berbicara mengenai masa-masa perintisan, ketidakpastian income, keadaan yang penuh kejutan ini itu, semuanya harus dihadapi dengan tanpa kehilangan optimisme.

Banyak sekali orang yang batal menginjakkan kaki menjadi wirausahawan lantaran mereka ingin kepastian. Mereka tidak tahan hidup tanpa fix income tiap bulan. Mereka kewalahan menghadapi stok barang yang menumpuk tanpa tahu kapan bisa terjual. Mereka terkaget-kaget dengan perubahan situasi pasar yang tiba-tiba lesu dan hilang tren. Mereka bingung ketika semua cara sudah dilakukan tapi hasilnya tak kunjung nampak.

Dibutuhkan sebuah “kematangan” emosional tersendiri untuk bisa menghadapi situasi-situasi semacam ini. Apakah Anda bisa hidup dalam keadaan-keadaan tersebut?

 

SELF DRIVEN

Seorang entrepreneur adalah orang yang bisa memacu dirinya sendiri. Ia tidak membutuhkan orang lain untuk menyuruhnya bekerja. Ia mampu membangun disiplinnya sendiri.

Cobalah tengok para entrepreneur sejati yang memulai usaha mereka dari nol seorang diri. Mereka punya disiplin kebiasaan yang dibangun dengan konsisten. Mereka bangun pagi tanpa diminta. Mereka lembur jika diperlukan tanpa harus disuruh. Mereka tahu hal-hal apa yang harus dikerjakan untuk supaya berhasil. Mereka tidak mudah kehilangan mood dan bisa konsisten bekerja secara ulet dan tekun.

Jika Anda jenis orang yang membutuhkan orang lain untuk menyemangati Anda. Jika Anda butuh disuruh-suruh dan diingatkan agar bisa produktif. Atau, jika Anda butuh lingkungan yang teratur, jelas, dan membutuhkan sistem pengingat agar Anda bisa bekerja maksimal, maka kemungkinan Anda akan sulit hidup di dalam dunia entrepreneurship.

Karena dunia entrepreneurship membutuhkan orang-orang yang bisa “membangkitkan” etos kerja dari dalam dirinya sendiri. Dan lagi-lagi, trait “self driven” ini juga adalah bagian dari Kecerdasan Emosi (EQ).

 

SOCIAL SMART

Para entrepreneur yang berhasil adalah orang-orang yang fleksibel dan fasih dalam membangun komunikasi dan hubungan dengan orang lain.

Banyak orang berpikir, kalau mau punya usaha kuliner, maka kita harus ahli memasak atau setidaknya ahli dalam dunia kuliner. Atau, jika mau punya usaha bengkel, maka kita haruslah orang yang mengerti dan ahli tentang mesin otomotif.

Kita pikir, keahlian teknis adalah hal terpenting yang membuat usaha kita berhasil. Namun  kenyataannya, justru di luar itu, ada hal yang lebih penting lagi. Yaitu: relasi dan koneksi.

Sebuah usaha yang berhasil bukan cuma karena produk atau jasanya yang bagus. Tetapi, juga karena adanya jaringan relasi dan koneksi yang luas dan kuat. Disinilah kemampuan untuk membangun komunikasi dan hubungan menjadi hal yang sangat penting.


Nah, bagaimana kalau Anda tidak memiliki ketiga hal di atas? Apakah itu artinya Anda harus mengurungkan niat sebagai entrepreneur?

Begini, masih ada beberapa indikator lain yang harus kita periksa. Namun, jika Anda lemah pada 3 indikator di atas, maka memang sebaiknya Anda mempertimbangkan ulang untuk memilih jalur entrepreneur. Karena, toh kesuksesan hidup bukan diukur apakah Anda menjadi entrepreneur atau tidak.

Lalu, beruntungnya kita hidup di era modern yang membuka berbagai kemungkinan yang luas. Di era bisnis modern sekarang ini, jika kita lemah dalam beberapa hal, sebenarnya kita bisa bekerja sama dengan orang lain untuk memulai bisnis bersama-sama. Namun, “join kongsi” ini pun juga memiliki keuntungan dan kelemahannya. Di artikel yang lain saya akan membahas soal ini.

Menutup artikel ini, hal penting yang ingin saya sampaikan adalah: Tuhan menciptakan kita unik dan berbeda-beda. Jalur kesuksesan seseorang belum tentu menjadi jalur kesuksesan untuk kita. Artinya, belum tentu entrepreneurship adalah satu-satunya jalan menuju keberhasilan dan kebahagiaan hidup. Jangan terbebani HARUS menjadi entrepreneur hanya karena ajaran-ajaran “ngawur” dari beberapa orang yang mengharuskan Anda menjadi wirausahawan.

Mengenali diri-sendiri dan memaksimalkan potensi kita, itulah yang lebih penting. Percayalah kepada Tuhan yang menciptakan diri Anda dengan kelebihan yang Anda miliki. Entrepreneurship hanyalah satu dari sekian opsi yang terbentang. Pilihlah mana yang paling produktif untuk Anda.


 

Josua Iwan Wahyudi (JIW) adalah satu dari sangat sedikit pakar Kecerdasan Emosi (EQ) di Indonesia dan merupakan Master Trainer EQ yang berpengalaman lebih dari 10 tahun memberikan pelatihan di berbagai perusahaan, organisasi, kampus, dan sekolah. Beliau merupakan International Certified EQ Trainer termuda di Indonesia dari Six Seconds International dan merupakan International Certified EQ-i Coach dari Reuben Bar-On. Selain pernah dipercaya menjadi EQ Coach untuk finalis Indonesian Idol 2012,2014, & 2018, serta menjadi EQ Coach untuk Miss Indonesia 2015, sampai kini beliau masih aktif untuk mengajar Kecerdasan Emosi (EQ) untuk berbagai level audiens dan sudah menulis 37 buku! Bahkan, buku “E-Factor” yang beliau tulis, menjadi buku EQ paling aplikatif yang pernah ada di Indonesia.


Seminar MABD GKI

Pada tanggal 15 Januari, Master Trainer EQ Indonesia, Josua Iwan Wahyudi diundang untuk memberikan seminar “Menikah Adalah Bunuh Diri!” di GKI Cipinang Elok Jakarta Timur. Sesuai dengan judul buku yang ditulis oleh Bp. Josua Iwan Wahyudi, beliau menjelaskan kepada sekitar 50 peserta mengenai mitos-mitos keliru dalam pernikahan.

Penjelasan mengenai mitos-mitos ini benar-benar menjadi pembahasan yang seru karena benar-benar menyingkapkan arti pernikahan yang sesungguhnya yang sangat bertolak belakang dengan apa yang dipercayai masyarakat pada zaman sekarang.

Dengan contoh-contoh kasus nyata dan penyampaian yang sangat fun, peserta diajak untuk memiliki paradigma baru dan memandang pernikahan secara berbeda dari sisi yang lebih dewasa. Tentu saja tidak ketinggalan dalam seminar ini Bp. Josua Iwan Wahyudi juga sedikit memberikan tips pentingnya pengelolaan emosi dalam sebuah pernikahan. Beliau menyampaikan pentingnya meningkatkan EQ untuk hubungan pernikahan yang lebih baik.


EFS Bali 2011

Shifthink mengawali tahun 2011 dengan sebuah pelatihan yang sangat seru dan menakjubkan! Pada tanggal 5-8 Januari 2011, Shifthink mengadakan pelatihan “Emotion for Success” di Bali dengan 51 orang guru dari Sekolah Tunas Bangsa Bali.

Pelatihan ini dibagi menjadi 2 batch yang berlangsung secara berurutan sekaligus. Suasana pelatihan sangat antusias dan penuh dengan atmosfir pembelajaran yang positif. Master Trainer EQ Indonesia, Josua Iwan Wahyudi menjelaskan berbagai tips dan teknik untuk menjadi cerdas secara emosi baik untuk kehidupan sebagai pengajar maupun sebagai seorang pribadi.

Workshop EQ kali ini juga dipenuhi dengan sharing emosional dari para peserta dan semakin melengkapi pembelajaran yang sudah dialami selama 2 hari pelatihan. Workshop Emotion for Success ini juga ditutup oleh kesan dan testimoni positif dari peserta baik dari batch 1 maupun batch 2.


Seminar EFS Malang

Pada tanggal 12 Desember 2010, Master Trainer EQ Indonesia, Josua Iwan Wahyudi berkesempatan untuk memberikan seminar EQ di perpustakaan kota Malang, Jawa Timur. Ternyata antusiasme warga kota Malang sangat tinggi dan keinginan belajar mereka sangat luar biasa, hal ini terlihat dari banyaknya peserta yang hadir dan semuanya haus untuk melemparkan berbagai pertanyaan berbobot sepanjang seminar.

Padahal acara seperti ini baru pertama kalinya diadakan di perpustakaan kota Malang, namun keingintahuan terhadap EQ mendorong setiap peserta untuk memenuhi kursi-kursi yang disediakan panitia. Bahkan buku “Emotion for Success” diserbu oleh para peserta seminar dengan antusias!

Selama 2 jam, Master Trainer EQ, Josua Iwan Wahyudi memberikan pemahaman betapa pentingnya emosi dalam keberhasilan hidup. Dengan beberapa simulasi nyata, peserta semakin mengalami sendiri bahwa setiap problem emosi yang tidak diselesaikan bisa mengakibatkan terkuburnya semua potensi dahsyat dalam diri manusia. Itu sebabnya Bp. Josua Iwan Wahyudi juga memberikan tips-tips pengelolaan emosi secara praktis kepada setiap peserta.