Sibuk Atau Sok Sibuk?

Kali ini saya sedang tergelitik.

Melihat semakin hari roda kehidupan sepertinya berputar 2 kali lebih cepat ketimbang kehidupan 5 tahun yang lalu. Hampir semua orang yang saya kenal di kota metropolis ini mendadak begitu sibuk di tahun-tahun belakangan ini.

Bahkan anak-anak muda yang dulunya kita kira “nganggur” dan banyak waktu luang untuk main, sekarang ini malah lebih sibuk daripada pekerja profesional. Selain sekolah, mereka harus ikutan segudang les, kursus, ekstrakurikuler dan berbagai kegiatan-kegiatan “produktif” lainnya.

Semua minta serba cepat. Semua minta serba instan. Semua menjadi sibuk, bergerak kesana-kemari, melakukan semuanya kalau bisa sekaligus. Lembur menjadi hal biasa. Bekerja di hari libur juga menjadi biasa. Semuanya demi masa depan dan kehidupan yang lebih baik.

Bagaimana dengan Anda? Bagaimana dengan saya? Kadangkala kita juga tergoda dan bahkan mungkin tanpa sadar “terhipnosis” untuk mengikuti arus. Ibarat berlari di atas treadmil, kita tidak sadar bahwa kecepatan sedang ditingkatkan perlahan-lahan dan kita harus berlari lebih cepat dan lebih keras mengayuh kaki agar tidak jatuh.

Jika Anda masih sempat membaca notes ini, marilah kita renungkan beberapa hal ini:

1. Apakah semua kesibukan dan kelelahan Anda sedang mengarah pada arah yang tepat? Benarkah semua yang sedang kita kerjakan dan korbankan ini untuk sesuatu yang benar-benar layak?

Seorang suami sering memarahi istrinya karena suka protes pulang malam dan lembur. Suami itu begitu marah dan membentak istrinya “Emangnya demi siapa gua capek-capek begini? Demi ngasih makan siapaaaa?!” Di tengah kelelahan dan putus asa, istrinya berteriak pula, “Buat apa semua uangmu kalau anakmu tidak pernah berjumpa muka sama sekali?! Masak anak dan istrimu hanya punya kesempatan ngobrol denganmu hanya 1 minggu sekali? Itupun hanya di malam hari?!”

Kadangkala ruwetnya kehidupan dan cepatnya laju dunia membuat kita tanpa sadar sudah teralihkan. Kita mengira mengejar sesuatu yang berharga padahal hanyalah “khayalan semu” belaka. Berapa banyak orang mengejar karir, uang, nama, prestasi, ketenaran, dan semua yang tampaknya berkilau namun sudah mengorbankan keluarga, sahabat, kesehatan, atau bahkan harga diri dan kehormatan?

Bertanyalah detik ini. Apakah yang aku lakukan saat ini benar-benar pantas diperjuangkan? Apakah semua waktu yang sudah dikorbankan benar-benar layak?

2. Apakah semua kesibukan dan kelelahan Anda membuat Anda bergerak maju? Atau hanya membuat Anda SEOLAH-OLAH maju?

Saya sudah berjumpa dengan banyak orang yang sibuk kesana-kemari, orang melihat nampaknya seperti seorang CEO perusahaan multinasional yang sangat padat jadwalnya. Namun sesungguhnya, semua kesibukannya hampir-hampir tidak membawa kemajuan apapun dalam kualitas hidupnya.

Ada banyak orang yang senang terlihat disana-sini karena menjadi seolah-olah seperti selebritis yang dikenal banyak orang. Namun, jika diteliti, semua “ketenaran” itu tidak membawa dampak yang berarti untuk kemajuan dan peningkatan kualitas hidupnya. Inilah yang disebut dengan lari di tempat. Tampak aktif, energi habis, berkeringat dan lelah, namun tidak bertambah maju sejengkalpun.

Itu sebabnya, saya menulis di account Twitter saya, “Siapa bilang Anda harus sibuk untuk tampak sukses?” Justru bukankah kesuksesan sejati adalah ketika Anda tidak sibukpun hidup Anda masih terus bertambah maju dan makin berkualitas?

Detik ini, renungkanlah semua yang Anda lakukan. Apakah itu benar-benar membuat hidup Anda lebih baik? Apakah ada dampak berarti untuk peningkatan kualitas diri Anda? Ataukah hanya sekedar “euforia” agar tampak seperti orang penting yang sibuk? Ataukah hanya sekedar lari kesana-kesini tanpa tujuan yang jelas?

Hidup ini terlalu singkat untuk kita habiskan ke arah yang salah dan untuk kegiatan-kegiatan yang tak berarti. Sebelum semuanya terlambat dan menyesal, kita masih bisa berhenti sejenak dan merenungkan diri.

Josua Iwan Wahyudi
Indonesia EQ Master Trainer