Jangan Hidup “Begini-begini” Saja Part#3-end

Hal ketiga yang menghambat seseorang mengalami kemajuan adalah terlalu cinta dengan dirinya sendiri! Apakah maksudnya?

.

NARSIS!

Saya menjumpai banyak orang yang ketika ditantang untuk melakukan sesuatu yang berbeda mereka akan berkata “Wah, itu susah… Dari dulu saya orangnya tu nggak begitu…”

Manusia bergerak berdasarkan pola-pola yang seringkali tidak dia sadari. Pola-pola itu terbentuk sebagai mekanisme pertahanan diri untuk melindungi diri dari berbagai trauma masa lalu yang pernah terjadi. Masalahnya, hampir sebagian besar dari pola-pola kasat mata itu sudah TIDAK RELEVAN lagi dengan kondisi Anda sekarang.

Dulu, memang pola itu melindungi Anda, tetapi bisa jadi sekarang pola itu justru menghambat Anda.

Contoh, dulu Anda memang bertahan hidup dengan cara menyerang orang lain dan tidak mau kalah kepada siapapun. Anda siap berdebat, berkonfrontasi dan bahkan adu jotos dengan siapapun. Mungkin pola itu di masa lalu membuat Anda “selamat” dan bertahan hidup dari lingkungan Anda yang kejam.

Tetapi mungkin sekarang Anda sudah hidup di masa dan “ekosistem” yang berbeda. Sehingga pola pertahanan diri Anda yang dulu membuat Anda selamat, justru bisa menghancurkan Anda sekarang. Bayangkan sekarang Anda berada di lingkungan kantor professional yang membutuhkan “kecerdasan” dalam bernegosiasi dan teknik persuasi. Sementara Anda terus tampil ngotot, belagu, menantang dan nggak mau kalah? Bukankah karir Anda bisa hancur?

.

“Itu Susah?”

Masalah yang sering saya jumpai adalah, ketika saya mengungkapkan pola-pola tidak memberdayakan ini pada banyak orang, mereka dengan segera berkata “Saya memang orangnya begitu pak… Sudah dari sononya…”

Dengan kata lain, “Jangan suruh saya berubah pak… Ini memang style saya dan saya hidup karena ini.”

Ya, Anda hidup karena gaya tersebut, namun Anda juga bisa hancur nantinya karena gaya tersebut.

Banyak orang gagal dan hidupnya terjebak dalam kemandeg’an karena ia tidak mau “melepaskan” diri dari pola-pola lamanya dan terlalu narsis, alias mencintai diri-sendiri.

“Saya udah coba pak, tapi nggak bisa! Pola ini terlalu otomatis bagi saya dan saya tak bisa melawannya!”

Ini adalah alasan klasik yang saya dengar dari berbagai orang. Jawabannya, kembali pada artikel saya yang kedua, Anda MALAS!

Sebarapa banyak yang sudah Anda coba? Sudahkah Anda menambah porsi percobaan Anda? Sudahkah Anda mencoba cara baru? Sudahkah Anda meminta bantuan pada lebih banyak orang? Sudahkah Anda meluangkan lebih banyak waktu untuk mencoba? Sudahkah Anda sampai “menderita” dalam mencoba sampai berhasil?

Kadangkala kita terlalu mencintai diri-sendiri sehingga hanya sedikit mencoba 1 kali dan gagal kemudian berkata, “Tuh… aku udah nyoba loh… Aku bukannya nggak mencoba kok…” Sebenarnya percobaan ringan itu hanyalah alasan pembenaran bahwa Anda masih ingin tinggal di pola lama Anda dan Anda tidak mau melepasnya karena Anda terlalu mencintainya!

Kembali pada artikel seri pertama saya, kalau sampai Anda tidak bisa melepas pola lama Anda, itu artinya Anda belum benar-benar menginginkan untuk lepas. Saya pernah berjumpa dengan beberapa orang yang bisa mengehentikan pola-pola lamanya karena dia memang benar-benar ingin berhenti.

Saatnya tutup mulut. Berhenti mencari alasan kenapa itu sulit, dan mulailah lakukan!

Selama Anda masih hidup dengan pola lama Anda, Anda akan menuai hasil yang lama pula. Jika Anda ingin perubahan, maka harus terjadi perubahan juga dengan pola hidup Anda.

Sebelum masuk 2012, saatnya Anda mengevaluasi dan meminta feedback dari orang-orang terdekat Anda. Pola-pola apa saja yang selama ini tidak memberdayakan Anda. Jika sudah ketemu, mulailah merencanakan usaha-usaha apa yang akan Anda lakukan untuk melepas pola lama itu dan mulai menanam pola baru dalam diri Anda.

.

by Josua Iwan Wahyudi
follow his twitter @josuawahyudi


Jangan Hidup “begini-begini” Saja #2

Kali ini saya akan sharing hal kedua yang membuat seseorang tidak mencapai kemaksimalan dalam hidupnya, padahal dia sudah membuat banyak goal dan mengisi penuh Dream Booknya dengan foto-foto visualisasi mimpinya!

Sederhana saja, karena semua orang gagal mengidap suatu penyakit tetapi anehnya, penyakit ini justru mereka sukai dan mereka enggan sembuh darinya.

.

Penyakit ini disebut penyakit M alias MALAS!

Definisi “Malas” menurut saya disini adalah: Melakukan hal yang sama berulang-ulang tetapi  mengharapkan hasil yang berbeda!

Apa yang terjadi dengan diri Anda sekarang tentu adalah hasil dari semua keputusan dan tindakan yang Anda lakukan di masa sebelumnya. Nah, kalau Anda mengulangi keputusan dan tindakan yang mirip untuk setahun ke depan, maka jangan heran jika di penghujung tahun 2012, Anda juga keadaannya masih “begini-begini” saja dan Anda kembali bertanya “kenapa kok hidup saya begini-begini aja ya?”

Jika tahun 2011 Anda tidak mengatur pola makan dan tubuh Anda menggembung, kemudian tahun depan Anda masih tidak menjaga pola makan dan berharap tubuh Anda lebih langsing, maka Anda pemalas!

Jika tahun 2011 gaji Anda naik 10%, kemudian Anda tahun depan masih bekerja dengan cara yang sama, dengan kecepatan yang sama, dengan tingkat kreatifitas yang sama, dengan jumlah pertemanan yang sama, dengan cara komunikasi yang sama, dengan energy yang sama. Maka jika Anda berharap gaji Anda naik 20% atau bahkan 50%, Anda pemalas!

Banyak sekali saya jumpai orang yang berharap hidupnya menjadi lebih baik tapi sama sekali tidak berusaha mengubah cara hidupnya agar benar-benar menuju ke arah yang lebih baik. Bahkan ada banyak orang yang terlalu malas untuk berusaha dan lebih memilih membayar orang untuk berusaha bagi dia.

Tidak masalah jika Anda kelebihan uang untuk membayar semua orang melakukan pekerjaan Anda. Tetapi Anda harus sadar, untuk hal-hal yang berharga dan mulia, selalu ada proses yang harus Anda lewati dan proses ini tidak bisa digantikan orang lain. Ketika Anda membayar orang lain untuk melewati proses ini, Anda bukan hanya semakin kerdil, tapi juga akan semakin MALAS!

Saya sendiri setiap tahun selalu menciptakan program baru di ShifThink. Saya juga selalu menargetkan hal-hal baru untuk diwujudkan. Saya tidak pernah mau sekedar menjalani apa yang sudah berhasil di tahun sebelumnya.

Di tahun 2011 kemarin saya bersama ShifThink banyak melakukan terobosan, beberapa diantaranya adalah meluncurkan ShifThink Professional Series yang menjadi terobosan baru dalam dunia training Indonesia dan juga membuat sejarah dengan mengadakan Konferensi Kecerdasan Emosi (EQ Conference) PERTAMA di Indonesia. Tapi, di tahun 2012, saja sudah mencanangkan hal-hal yang lebih spektakuler lagi!

.

Terus Bergeraklah!

Ciri-ciri pertumbuhan adalah SELALU BERGERAK. Saat Anda berhenti bergerak, Anda mati.  Jika Anda malas bergerak, Anda akan mati dengan sendirinya.

Nah, sebelum masuk tahun 2012. Evaluasilah apa yang sudah Anda lakukan di tahun 2011 dan bandingkan hasil apa yang sudah Anda peroleh. Kemudian pikirkan, di area mana Anda bisa melakukan lebih banyak dan mencoba cara-cara baru untuk memperoleh hasil yang baru dan lebih banyak?

Jika saat Anda memikirkan hal ini tiba-tiba hati Anda berteriak, “Wah itu susah…” atau “Wah itu melelahkan… bakal makan banyak energy…” atau bahkan “Wah itu butuh waktu….” Maka itu adalah sisi Malas Anda sedang berusaha menjinakkan Anda. Saatnya bangkit melawan dan menjadi pahlawan sesungguhnya!

.

by Josua Iwan Wahyudi
follow his twitter @josuawahyudi


Jangan Hidup “begini-begini” Saja #1

Seri Resolusi 2012 Part #1

“Kenapa hidup saya kok begini-begini saja ya?”

.

Apakah Anda sering mengajukan pertanyaan ini pada diri-sendiri? Apakah pertanyaan itu masih terus menghantui Anda sampai detik ini?

Saya berjumpa dengan amat sangat banyak orang yang mengajukan pertanyaan ini, baik mereka yang masih muda maupun yang sudah berkarir lama sekali di sebuah perusahaan.

Memang berbagai versi penelitian memberikan kesimpulan yang sama. Mulai dari teori vilfredo paretto hingga Marshmallow Test menyatakan bahwa kurang lebih di dunia ini hanya ada sekitar 20% orang yang bisa berakselerasi dan mencapai puncak kemaksimalan dalam hidupnya, sedangkan sisanya yang 80% (mungkinkah Anda ada diantaranya?) adalah orang-orang yang selalu menjadi pengikut arah angin dan seringkali bertanya “kenapa hidup saya kok gini-gini terus ya?”

Setelah saya mengamat-amati orang-orang yang tidak puas dengan perkembangan hidupnya ini, maka muncul beberapa gejala/pola perilaku yang mirip. Dan herannya perilaku-perilaku itu tidak pernah dijumpai pada orang yang merasa hidupnya maksimal dan selalu berakselerasi cepat. Setidaknya saya akan sharingkan 3 hal yang Anda harus cek ke dalam diri Anda sendiri.

.

“Kutau yang Kumau”

Orang-orang yang hidupnya “stuck” dan tidak bergerak kemana-mana, umumnya tidak tahu apa yang ia inginkan dalam hidup ini. Meskipun orang-orang ini sudah sering  ikut seminar “Goal Setting” maupun training “Purpose Driven Life” namun ia hanya sekedar membuat goal karena memang sedang trend dan sudah menjadi semi kultur untuk membuat goal tiap tahunnya.

Bahkan beberapa perusahaan mewajibkan karyawannya untuk selalu punya resolusi tahunan baik untuk pekerjaan maupun resolusi personal.

Tapi, pertanyaan pentingnya sekarang adalah, Apakah Anda benar-benar tahu apa yang Anda inginkan untuk hidup ini? Apakah Anda benar-benar tahu kemana Anda bergerak? Apakah Anda benar-benar tahu apa yang Anda cari dalam hidup ini? Dan sekali lagi, apakah Anda sudah mengerti kemana ujung perjalanan hidup Anda?

Jika Anda tidak tahu apa yang Anda inginkan, maka tidak heran hidup Anda menjadi “sporadic” dan bergerak tak jelas. Anda jelas bertambah sibuk namun tak bergerak kemana-mana sama.

Bayangkan Anda menjadi pemilik sebuah restoran dan seorang pelanggan datang serta duduk di meja makan. Sebagai pemilik, sangat wajar jika Anda bertanya “ingin makan apa?” dan bagaimanakah perasaan Anda jika orang tersebut menjawab, “nggak tahu”

“WHAT?!”

Datang ke restoran tapi nggak tahu makan apa? Dan sebagai pemilik restoran Anda mungkin mencoba membantunya dengan menyuguhkan makanan terfavorit yang Anda miliki dan kemudian orang tersebut berkata, “kok makanannya Cuma begini-begini aja?”

Apa perasaan Anda sebagai pemilik restoran?

Hal yang sama terjadi dalam kehidupan banyak orang. Mereka tidak tahu apa yang mereka inginkan dalam hidup ini tetapi selalu “meratap” pada Tuhan, “kenapa hidup saya begini-begini saja?” Sekarang Anda bisa membayangkan bagaimana perasaan Tuhan?

Saya pernah membaca sebuah pernyataan yang sangat mencerahkan yaitu:

“Anda tidak pernah mendapatkan apapun yang tidak Anda inginkan”, dan…

“Jika Anda tidak mendapatkan apa yang Anda inginkan, berarti hati Anda belum benar-benar menginginkannya!”

Nah… Sebelum sampai di tahun 2012, ini saatnya Anda mencoba mengambil waktu untuk melakukan perenungan dan kemudian bertanya pada diri-sendiri apa yang sesungguhnya Anda inginkan untuk hidup Anda di tahun 2012. Kenapa Anda menginginkannya dan BENARKAH Anda menginginkannya?

Kemana Anda akan bergerak dan haruskah Anda bergerak kesana? Memangnya kalau tidak kesana bagaimana? Kalau sampai Anda masih bisa berkompromi, berarti Anda belum benar-benar menginginkannya.

.

by Josua Iwan Wahyudi
follow his twitter @josuawahyudi


Uang dan Emosi?

Banyak orang belum menyadari bahwa emosi sangat mempengaruhi semua pengambilan keputusan dan perilaku kita. Termasuk pola perilaku kita terhadap uang.

Kita seringkali berpikir bahwa logika dan pertimbangan intelektual yang membuat kita bisa mengambil keputusan. Namun, kenyataan membuktikan berbeda. Berapa kali Anda sudah tahu bahwa uang Anda sudah habis namun tetap saja memutuskan membeli Handphone baru? Berapa kali Anda tahu bahwa cicilan kartu kredit Anda sudah sulit terbayar namun tetap saja Anda menggesek untuk makan enak dan shopping?

Bukankah secara logika Anda sudah tahu untung-rugi dan semua konsekuensinya? Namun kenapa tetap saja keputusan akhir Anda adalah membeli?

Emosilah aktor di balik semuanya.

Setiap manusia memiliki pola emosi tertentu untuk situasi tertentu. Termasuk menghadapi uang. Pola emosional Anda terhadap uang bisa berbeda dengan pola emosional saya terhadap uang. Itu sebabnya, Anda akan menemukan orang-orang yang pelit habis dan di saat bersamaan ada pula orang-orang yang royal abis sampai uangnya habis melulu setiap akhir bulan. Ini bukan hanya sekedar kepribadian semata, ini sudah berkaitan dengan POLA EMOSIONAL!

Lalu, dari manakah semua pola emosi ini datang?

.

1. Menduplikasi pola sang figur
Kita cenderung berperilaku mirip seperti orang tua kita, termasuk dalam keuangan. Ini bukan berarti secara gen semuanya menurun, melainkan justru persentase yang lebih besar adalah, kita sejak kecil secara Subconcious, menduplikasi apa yang dilakukan orang tua kita. Karena saat kita kecil, orang tua adalah figur utama bagi kita. Bisa saja, orang tua tidak menjadi figur.

Bisa saja orang lain yang menjadi figur (kakek, guru, atau BAHKAN PEMBANTU!). Tergantung siapa yang menjadi figur utama waktu kita kecil dan bagaimana perilaku mereka terhadap uang, maka itulah yang cenderung Anda duplikasi dan semakin permanen saat Anda dewasa karena tidak ada yang mengintervensi pola itu.

.

2. Belajar dari pengalaman
Kejadian-kejadian di sepanjang hidup juga bisa membentuk pola emosi kita. Misalnya, Anda sudah menduplikasi orang tua Anda yang gemar menyumbang ke banyak orang, namun seiring perjalanan hidup, setiap Anda menyumbang justru Anda malah dikhianati oleh orang yang Anda tolong. Semakin emosional kejadiannya, semakin kuat efeknya. Dan kejadian emosional yang Anda alami bisa mengubah pola emosi Anda. Bisa jadi Anda mulai pelit dan tidak mau lagi menyumbang karena Anda merasa itu tidak ada gunanya.

Atau, misalnya suatu saat Anda baru membeli sebuah Handphone baru dan teman-teman Anda begitu kagum dan terpesona dengan Anda. Sejak saat itulah pikiran bawah sadar Anda berkata “wah, kalau punya barang-barang baru, kamu bisa dihormati dan diagung-agungkan!” Itu sebabnya mulai hari itu Anda jadi membabi buta mengejar trend terbaru. Apalagi kalau background emosional Anda kurang penghargaan, maka itu akan semakin menguatkan pola “boros” yang saya tulis di atas.

.

3. Belief yang ditanam berulang-ulang
Pola emosi juga terbentuk dari sebuah keyakinan yang ditanamkan berulang-ulang. Misalnya, kebetulan Anda bergabung di lingkungan teman-teman yang semuanya meyakini bahwa menabung itu percuma. Setiap hari Anda di’cekoki’ dengan keyakinan bahwa menabung itu percuma. Maka bukan tidak mungkin lama-kelamaan Anda pun juga meyakini bahwa menabung itu percuma, sehingga Anda selalu menghabiskan uang Anda di akhir bulan.

Anda sudah bisa melihat bukan? Kemampuan Anda mengelola emosi dan membereskan pola-pola emosi yang keliru akan sangat mempengaruhi pola keuangan Anda dan bahkan mempengaruhi kecepatan Anda menjadi kaya atau tidak!

Bagaimana pola keuangan Anda? Bagaimana pola emosi Anda terhadap uang?

.

Salam,
Josua Iwan Wahyudi
Master EQ Trainer Indonesia
twitter: @josuawahyudi

.


*Pelajari lebih dalam pengelolaan keuangan dengan pengelolaan emosi bersama Wealth Planner Senior Indonesia: Aidil Akbar di EQ Conference 2011*


Salesperson Versi 2.0

Teknologi sudah berkembang sangat jauh. Istilah “2.0” adalah istilah yang dipakai untuk menandai versi terbaru dari teknologi yang sedang berkembang sekarang. Tentu saja kalau kita membaca artikel ini 5 tahun lagi mungkin istilahnya sudah menjadi 10.0!

Lalu apakah yang disebut dengan Salesperson versi 2.0? Inilah istilah untuk menggambarkan para penjual dan marketer yang mampu memanfaatkan teknologi terkini untuk meningkatkan hasil penjualan dan memperbesar potensi untuk terjadinya pembelian.

Bagaimanakah ciri-ciri mereka? Atau tools apa saja yang dipakai untuk menempatkan diri kita dalam golongan para salesperson versi tercanggih ini?

1. Social Media
Tidak diragukan lagi, Facebook, Twitter, dan berbagai social media lainnya adalah sebuah alat gratis yang bisa menghasilkan banyak penjualan. Anda bisa bertemu LANGSUNG dengan calon pembeli Anda dan menawarkan produk di hadapan mereka tanpa harus pergi menjumpai mereka. Bahkan pengguna Facebook di Indonesia termasuk yang terbesar di dunia. Jadi, jika sebagai penjual Anda belum menggunakan social media sebagai salah satu alat penjualan Anda, maka Anda bisa mulai tertinggal oleh kompetitor Anda.

2. Website dan Search Engines
Pada era sekarang ini, internet adalah “katalog” favorit para pencari produk. Jika mereka kesulitan mencari referensi, internet menjadi alternatif paling cepat dan mudah untuk mereka. Itu sebabnya search engine seperti Google dan Yahoo menjadi sangat vital fungsinya. Ini adalah potensi besar bagi para penjual karena Anda bisa langsung menjumpai sang calon pembeli di saat mereka MEMBUTUHKAN! Tentu saja, kuncinya, Anda harus mampu muncul di dalam search engine ketika mereka mencari produk yang sesuai dengan barang Anda. Para Salesperson 2.0 adalah mereka yang menguasai cara menggunakan Search Engine untuk berjumpa dengan calon pembeli Anda.

3. Email
Email juga merupakan sebuah alat penjualan yang sangat ampuh. Meskipun kini sudah mulai banyak “spam” yang bertebaran dan orang mulai menseleksi ketat daftar email yang masuk ke dalam inbox mereka, namun sebenarnya masih banyak strategi dan tips yang bisa dilakukan untuk berjualan dengan menggunakan email. Bahkan, email bisa dibilang adalah alat penyebar brosur tercepat dan termurah!

4. SmartPhone
Tren pengguna BlackBerry yang meningkat pesan adalah sebuah tren yang bisa dimanfaatkan juga untuk berjualan. Lihatlah sekarang mulai menjamur online shop berbasis BB. Tentu saja, BB bukan melulu bisa dipakai untuk onlineshop, karena Anda bisa menggunakannya sebagai fasilitas Customer Service, Product Branding, dan sebagainya.

5. Software
Dan masih ada berbagai macam software yang bergentayangan di dunia maya yang bisa dipakai untuk mempermudah penjualan yang kita lakukan. Saya sendiri sudah memanfaatkan banyak fasilitas teknologi untuk berjualan. Bahkan persentase saya jualan adalah 70% internet & technology marketing dan hanya 30% traditional marketing (telepon, brosur, iklan, dan semacamnya). Ada sangat banyak software yang bisa membantu Anda.

Tentu saja semuanya kuncinya adalah NIAT BELAJAR. Jika Anda malas, maka cara Anda berjualan semakin lama akan semakin ketinggalan zaman. Teknologi memang pada awalnya tampak rumit untuk dipelajari, namun setelah Anda mampu menggunakannya, teknologi akan sangat mempermudah pekerjaan Anda.

Semoga artikel ini memberikan inspirasi dan pencerahan.

Salam 2.0,
Josua Iwan Wahyudi
EQ Trainer Indonesia
www.shifthinknow.com


Teknologi Mengikis EQ?

Sudahkah Anda melihat kemasan terbaru sebuah produk biskuit?

Tentu saja ini hanyalah “keisengan” para ahli digital imaging.

Dan bagi Anda yang bekerja di perusahaan produser biskuit ini semoga tidak marah kepada saya, karena perusahaan Anda mendapat promosi gratis.

Namun “keisengan” ini sebenarnya mengandung kenyataan yang sebenarnya cukup memprihatinkan kita semua. Kemajuan teknologi yang begitu luar biasa sadar atau tidak telah “menarik” kita dari kehidupan sosial yang alami kepada kehidupan sosial virtual.

Adanya Blackberry, Twitter, dan Facebook memang sangat menolong kita untuk berkomunikasi dan terhubung dengan orang lain, namun disaat yang sama, sekaligus juga sebenarnya mengikis kemampuan “live” social skill kita. Makin banyak orang yang tidak terlatih untuk berhubungan secara face to face dan lebih memilih menjadi sosok virtual.

Saya menjumpai cukup banyak orang, baik teman sendiri maupun orang lain yang tampak sangat “bawel” dan menyenangkan di internet namun begitu berjumpa dengan orangnya saya seperti menjumpai sosok yang sangat berbeda total. Dia menjadi pendiam, pemalu, tidak bersuara, hampir tidak melakukan kontak mata, dan benar-benar menutup diri. Gejala ini semakin banyak dan memunculkan para pribadi-pribadi virtual yang semakin enggan berjumpa dengan “turun” ke kehidupan nyata.

Di sisi lain, kemajuan pengetahuan dan teknologi semakin menuntut generasi muda untuk menjadi “pintar” dan harus tahu banyak hal. Lihatlah kurikulum pendidikan di sekolah kita. Ekstrakurikuler berjibun, orang tua mengikutkan anak berbagai macam les. Dan memang terbukti anak zaman sekarang lebih “canggih” IQ’nya namun di berbagai kesempatan saya berjumpa dengan anak-anak muda yang jadi “freak”. Topik pembicaraannya melulu mengenai teknologi tapi tidak punya banyak teman karena sulit menyesuaikan diri dalam pergaulan.

Melihat gejala sekarang ini, sungguh akan mengkhawatirkan jika nantinya muncul generasi “robot” yang berisi berbagai pengetahuan canggih namun tidak tumpul dalam hal emotional awareness dan social awareness. (meskipun mungkin kekhwatiran ini kesannya ekstrim namun bukan tidak mungkin terjadi). Belum lagi melihat isi status-status FB dan Twitter di sekeliling dunia maya kita. Penuh dengan “makian”, ungkapan hati yang tidak pada tempatnya, protes-protes yang sebenarnya membuka aib sendiri, dan komentar-komentar yang berkesan kurang dipikirkan. Gejala ketumpulan emosional ini semakin mendapat tempat dan “dipermudah” oleh teknologi yang muncul.

Sudah saatnya kita semua mulai melatih kesadaran emosional dan sosial kita sekaligus juga melatih emotional awareness anak-anak kita. Teknologi hanyalah alat. Jika kita menggunakannya dengan baik, kita mendapat keuntungan. Namun jika kita dikuasai oleh teknologi, kita bisa kehilangan kemanusiaan kita. Semoga saja kita masih memiliki waktu untuk berkomunikasi secara “tradisional” dengan keluarga kita. Misalnya dengan makan malam bersama, main ke Dufan, dan berbagai aktifitas alami lainnya.

Kapan terakhir Anda melakukannya dengan keluarga dan sahabat Anda?

Semoga artikel ini bisa memberikan inspirasi.

Salam,
Josua Iwan Wahyudi
Master EQ Trainer Indonesia

*Dapatkan artikel inspiratif secara periodik dengan mendaftar di milis Yahoogroups ShifThink. Cara mudah untuk registrasi: isilah email Anda di kolom sebelah kanan di halaman utama web ini*


5 Checklist Sebelum Anda Menjual!

“Tahukah Anda apa yang Anda jual?”

Tentu Anda akan berpikir, pertanyaan yang konyol sekali! “Tentu saja saya tahu apa yang saya jual!” Memang benar kita smeua pasti tahu apa yang kita jual, namun benarkah kita memahami karakteristik produk kita?

Tanpa mengetahui karakteristik barang yang kita jual, kita akan kesulitan untuk menentukan strategi untuk menjualnya. Itu sebabnya dalam artikel ini, saya akan memberikan 5 checklist awal (sebenarnya ada 11 checklist, namun sisanya saya akan bahas di lain waktu).

1. Apakah barangnya berupa produk fisik atau jasa?
Menjual produk tentu berbeda dengan menjual jasa. Mengapa? Karena produk tentu memiliki masa expired, menuntut ruang untuk penyimpanan, harus memperhatikan perawatannya. Sementara jasa adalah benda kasat mata. Namun tentu saja karena tak terlihat, jasa juga sulit diamati kualitasnya sampai seseorang benar-benar merasakannya sendiri, sementara produk kadangkala bisa dilihat dari penampilan dan spesifikasinya. Nah, menjual benda berwujud dengan tidak berwujud tentu strateginya berbeda bukan?

2. Apakah ini barang sepanjang masa atau musiman?
Memilih strategi menjual untuk keduanya akan sangat berbeda. Menjual barang sepanjang masa tidak akan menuntut penjualan dengan kuantitas besar namun yang penting konsisten, sehingga relationship marketing dan mouth to mouth marketing menjadi lebih mudah dilakukan. Berbeda dengan barang musiman yang menuntut metode marketing cepat karena dibatasi waktu.

3. Barang Anda adalah tipe “Repeatable” atau “One Hit”?
Barang repeatable contohnya adalah makanan, sabun, gunting rambut, dan sebagainya. Sedangkan barang one hit adalah buku, seminar, elektronik, dan sebagainya. Nah, menjual barang repeatable jelas berbeda dengan barang one hit. Barang repeatable tidak memerlukan margin profit yang besar (namun kalau bisa besar ya syukurlah…). Yang penting untuk barang repeatable adalah bagaimana caranya agar seseorang menjadi “pelanggan setia” produk Anda. Sedangkan barang one hit biasanya mengambil marjin profit besar namun dibutuhkan stratgei marketing yang lebih tok cer karena setiap orang hanya punya sedikit sekali kesempatan untuk membeli kepada Anda.

4. Apakah produk Anda banyak tandingannya atau tidak?
Masing-masing punya keutungan masing-masing. Jika Anda menjual barang yang banyak tandingannya, misalnya sabun. Itu artinya benda itu dicari oleh banyak orang dan marketnya terbuka lebar. Hanya saja, ya itu tadi, Anda harus melawan sangat banyak kompetitor. Jika Anda menjual barang yang unik dan langka, maka walaupun Anda tidak memiliki kompetitor, tapi peminatnya mungkin juga sedikit. Ini bisa menjadi peluang bisa juga menjadi ancaman, tergantung bagaimana strategi Anda.

5. Apakah yang paling dibanggakan dari produk Anda?
Setiap produk yang berhasil memiliki kelebihan yang sulit ditandingi kompetitor mereka. Semakin banyak kelebihannya, semakin mudah menjualnya. Nah, apakah kelebihan produk Anda? Harganya? Kualitasnya? Servisnya? Penampilannya? Jika sampai saat ini Anda belum menemukan kelebihan produk Anda, maka akan sangat sulit untuk Anda menentukan strategi menjualnya.

Semoga saja dengan adanya artikel ringan ini Anda akan lebih mudah menentukan strategi marketing dan penjualannya.

Salam,
Josua Iwan Wahyudi
Master EQ Trainer Indonesia

*Ikuti workshop HYPNOSELLING tanggal 25 Juni 2011


5 Tipe Sales Person

Banyak orang bertanya, “Saya bingung dengan tim sales saya! Katanya jago jualan, tapi begitu direkrut kok payah penjualannya?”

Atau ada juga yang mengeluh “Saya dulu melihat dia ahli jualan di toko, begitu saya suruh jualan asuransi kok hasilnya nihil!”

Nah! Inilah yang seringkali dilewatkan para team leader. Ternyata para penjual pun memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan memiliki kesesuaian sendiri-sendiri dengan barang yang ia jual. Dengan memahami 5 tipe sales person ini, Anda akan memiliki kemampuan untuk mengorganisasi dan meng-upgrade tim sales Anda.

Langsung saja, inilah 5 tipe sales person itu:

1. Emotional Sales
Inilah jenis penjual yang pandai membangun hubungan, memiliki social skill yang tinggi dan cepat akrab dengan calon pembeli. Namun, umumnya, mereka adalah jenis penjual jangka panjang yang tidak bisa langsung serta merta menghasilkan pembelian dengan cepat. Umumnya mereka akan cocok dengan produk-produk yang berhubungan dengan kebutuhan emosional (gengsi, rasa aman, dan sebagainya). Bagi para calon pembeli jenis Intim dan Stabil dan bahkan Dominan sekalipun (tipe dalam DISC), para Emotional Sales akan sangat menyenangkan dan membantu meningkatkan kemungkinan untuk mereka membeli produk.

2. Sales “Guru”
Inilah jenis sales yang sangat menguasai profil teknis produk. Ia disukai calon pembeli karena kefasihan dan kemampuannya untuk menjelaskan produk secara detail dan meyakinkan. Sales jenis ini sangat diperlukan untuk produk-produk yang berkaitan dengan hal-hal teknis seperti mesin, alat-alat seperti komputer, mesin fotokopi, atau otomotif. Jenis sales ini juga sangat disukai oleh para calon pembeli yang berkarakter DISC Cermat.

3. Sales “Konsultan”
Sales ini adalah sales yang memiliki kemampuan untuk menganalisa kebutuhan calon pembeli dan bisa memberikan saran kepada mereka. Bahkan sales jenis ini bisa menjadi teman diskusi yang menyenangkan dan tidak jarang menjadi teman “curhat” juga. Bagi para calon pembeli yang kurang cermat dan tidak banyak tahu apa maunya sendiri, jenis sales ini bisa sangat memikat hati mereka karena meyakinkan pembeli melalui saran-saran mereka. Ada berbagai macam produk yang bisa dijual oleh sales jenis ini, terutama yang berkaitan dengan keluasan spesifikasi dan variasi produk yang banyak.

4. Sales Retail
Mereka disebut sales retail karena sesuai dengan industri dan barang-barang retail. Sales ini memiliki kecepatan, respon yang sigap dan proaktif. Mereka memiliki penguasaan general yang baik terhadap berbagai macam produk yang ada dan yang terpenting, sales jenis ini biasanya kreatif dalam menjawab pertanyaan aneh-aneh dari calon pembeli. Bahkan begitu kreatifnya, mereka juga jago “nge-les”. Salah satu karakteristik sales ini juga adalah kemampuannya mengingat pelanggan dan order-order mereka yang banyak. Jenis sales ini cocok menghadapi tipe-tipe DISC Dominan, Stabil, maupun Intim, namun bisa menjadi masalah berhadapan dengan orang Cermat jika mereka tidak menguasai produk dengan baik.

5. Sales Virtual
Inilah jenis sales yang unik, yaitu mereka punya kemampuan menjual secara virtual. Artinya, mereka ahli merencanakan strategi menjual melalui email, internet, website, atau mungkin telepon, namun tidak ahli dalam menjual face to face. Umumnya, penjual ini adalah orang yang rajin di hadapan komputer dan siap sedia hampir setiap saat. Gadget dengan koneksi internet menjadi senjata andalannya. Sales jenis ini akan sangat powerful jika ia menguasai salah satu teknik internet marketing bernama “HypnoWriting”.

Apakah kita bisa memiliki lebih dari 1 tipe? Bisa saja. Adakah sales yang memiliki kelima karakteristik di atas? Tentu ada, namun jumlahnya sangat sedikit sekali. Selling dan marketing adalah sebuah ilmu yang bisa dipelajari dan dikuasai.

Itu sebabnya, saya mengadakan workshop Hypnoselling dan DISC untuk membantu meng’upgrade kemampuan kita dalam menjual, memasarkan, dan mempromosikan produk-produk kita.

Semoga artikel ini memberikan nilai tambah bagi Anda.

Salam,
Josua Iwan Wahyudi
EQ Master Trainer Indonesia


3 Kesalahan Dasar Penjual!

Saya jelas tidak dilahirkan sebagai seorang penjual.

Tapi akhirnya saya mengerti bahwa menjual itu tidak melulu mengandalkan pandai bicara. Ternyata ada banyak kegiatan menjual yang bisa kita lakukan.

Beberapa orang memang dilahirkan dengan bakat alami untuk mampu “berjualan” kapanpun dan dimanapun tanpa membuat seseorang merasa sedang diminta untuk membeli.

Namun, bagi orang-orang seperti saya yang tidak lahir dengan bakat seperti itu, berjualan menjadi sesuatu yang harus dipelajari. Bersyukurnya, memang kemampuan itu BISA dipelajari!

Sepanjang perjalanan kehidupan saya dan pengalaman di dunia profesional, saya pun juga menemukan banyak orang-orang seperti saya (yang lahir tanpa bakat menjual), namun entah terpaksa entah sukarela, memilih jalur karir sebagai penjual. Apakah karir itu sebagai salesman, marketer, di bagian promosi, maupun copywriter.

Seringkali ketika melihat orang-orang ini “beraksi”, saya bagaikan melihat diri saya sendiri. Jelas-jelas melakukan teknik penjualan yang “kasar” dan “old fashion” yang mayoritas berakhir pada sales rejection (just like me before). Walaupun memang ada hasilnya juga dan bisa menghasilkan pembelian, namun seringkali penolakan calon pembeli menyayat beberapa bagian dalam rasa berharga kita. Well, siapa sih yang mau ditolak orang?

Saya pun juga pernah mengalami bagaimana menjadi orang yang bukan diri-sendiri dan dengan “jayus”nya memaksa berjualan demi sesuap nasi (dan segenggam berlian juga!). Kadang berhasil, seringkali gagal.

Kenyataan itu makin membuktikan betapa bahwa saya memang tidak dilahirkan sebagai penjual. Saya pikir waktu itu mungkin saya harus selamanya menjadi orang di balik layar yang hanya bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa tanpa bisa menjualnya.

Namun, beruntunglah saya segera tahu bahwa kemampuan berjualan pun BISA dipelajari. Bukankah pepatah mengatakan dimana ada kemauan disitu ada jalan? Maka saya pun mulai mempelajari dunia marketing dan penjualan. Dan salah satu ilmu yang sangat menggetarkan hati saya adalah teknik SUBCONCIOUS SELLING atau nama populernya disebut dengan HypnoSelling.

Tunggu dulu… Jangan buru-buru berpikir bahwa ini adalah teknik untuk “mengguna-gunai” atau “menggendam” orang lain agar membeli barang kita dengan tidak sadar. Justru kebalikannya! Ilmu ini mengajarkan seseorang untuk menjual dengan sangat masuk akal, diterima oleh klien, dan mengarahkan terjadinya pembelian dengan sesadar-sadarnya.

Ijinkan kali ini saya sharing sedikit fundamental dari teknik Hypnoselling ini. Sedikitnya ada 3 alasan kenapa sebuah penjualan berakhir dengan kegagalan (penolakan) dan 3 alasan ini pula yang menjadi alasan terjadinya pembelian. Apakah 3 alasan itu?

1. Mengapa? Syarat utama seseorang bisa membeli produk Anda, ia harus tahu untuk apa ia membeli. Saya selalu berkata “tidak ada yang tidak bisa dijual!” asalkan Anda menemukan orang yang tepat dan alasan yang tepat mengapa ia harus membeli. Kebanyakan para penjual tidak memberikan alasan yang cukup kuat dan hanya sekedar menjual semua kelebihan-kelebihan produknya. Jika kelebihan itu tidak menjadi alasan untuk membeli, maka kelebihan itupun menjadi sia-sia.

2. Siapa? Apakah Anda sudah menjadi sosok yang cukup “hipnotik” bagi calon pembeli? Bayangkan, Anda ingin membeli sebuah komputer. Di toko pertama Anda berhadapan dengan karyawan yang tidak tahu apa-apa tentang spesifikasi komputer. Anda mengajukan list dan dia bengong apa itu. Sementara di toko kedua, Anda berhadapan dengan ownernya sendiri yang bisa menjelaskan panjang lebar tentang spesifikasi Anda, bahkan memberikan saran dan rekomendasi agar pembelian Anda lebih baik dan efektif! Meski harga toko kedua sedikit lebih mahal, Anda tentu akan pilih membeli di toko kedua bukan?

3. Bagaimana? Saya menulis di twitter saya (#josuawahyudi), sebelum Anda meminta tangan seseorang (atau isi dompetnya!), Anda harus lebih dulu mendapatkan hatinya. Saya sendiri sudah terlalu banyak bertemu dengan para penjual yang terlalu “to the point” berjualan. Dan saya sangat terganggu dengan penjual-penjual seperti ini. Meski mungkin produknya bagus, namun saya sudah terlanjur menutup hati karena cara dia berjualan yang terlalu kasar. Seharusnya sebagai penjual, kita menguasai teknik-teknik komunikasi dan persuasi agar bagaimana dalam 5 menit pertama kita bisa langsung mendapatkan hati calon pembeli kita. Bukankah ada iklan berkata, “kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda?”

3 kesalahan fundamental ini yang sering menjadi jebakan bagi para penjual. Namun jangan kawatir, karena tidak pernah ada kata terlambat. Anda masih bisa belajar dan meng’upgrade’ ilmu berjualan Anda. Bahkan masih banyak teknik berjualan tanpa Anda harus bertatap muka lebih dahulu. Dalam dunia yang serba modern ini, Anda benar-benar BISA menjual APAPUN!

Saya mendorong Anda mempelajari teknik Hypnoselling yang lebih komplit, klik: HYPNOSELLING

Saya yakin Anda juga bisa menjadi seperti saya. Kalau saya berhasil meningkatkan penjualan untuk usaha saya, maka Anda pun juga bisa!

Salam,
Josua Iwan Wahyudi
EQ Master Trainer Indonesia


4 Nasib Manusia

Selama beberapa bulan terakhir ini, saya mengamati beberapa orang yang sedang membangun bisnis. Ada beberapa orang yang membangun bisnisnya dengan mulus. Ada beberapa orang yang bersusah payah di awal namun berikutnya menuai hasil. Dan tentunya ada juga beberapa orang yang mengalami kegagalan. Sepanjang pengamatan itu, akhirnya saya menemukan ternyata dalam membangun bisnis, ada 4 “nasib” yang terjadi:

 

Pertama, BANYAK MODAL, MISKIN IDE

Biasanya ini adalah tipe orang-orang dari keluarga kaya yang sudah “kelebihan” uang. Namun sayangnya, saya banyak sekali berjumpa dengan orang-orang yang berlimpah modal namun selalu gagal membangun bisnis, atau kalau toh bisnisnya berjalan, hanya sekedar berjalan karena ditopang oleh kekuatan modal yang tangguh. Rata-rata orang di golongan ini memilih untuk bekerjasama dengan orang-orang kreatif yang tidak punya modal. Memang ini langkah yang efektif, namun Anda harus sadar, bahwa jika Anda tidak mau belajar mengembangkan diri, suatu saat Anda akan ditinggalkan.

Jika Anda berada di golongan ini, seharusnya Anda bersyukur karena sebenarnya Anda sudah memiliki 50% yang dibutuhkan untuk menjadi berhasil dalam dunia bisnis. Bagi Anda yang berada di golongan ini, Anda harus mulai mengembangkan diri dan melakukan banyak pembelajaran. Musuh utama yang banyak menghantui orang-orang golongan ini adalah KEMALASAN karena mereka sudah terbiasa dengan segala sesuatu yang mudah dan tidak perlu bersusah payah mendapatkan sesuatu. Itu sebabnya, pikiran mereka tidak terlatih untuk kreatif dan memunculkan ide-ide. Karenanya, pembelajaran menjadi hal yang urgent!

Kedua, BANYAK IDE, MISKIN MODAL

Inilah orang-orang berkemampuan dan memiliki banyak ide brilian namun terbatas dengan minimnya dana dan modal. Saya sudah berjumpa dengan banyak sekali orang-orang seperti ini. Bahkan saya sendiri tergolong di dalam kelompok ini. Namun, puluhan cerita sukses juga sudah membuktikan bahwa minimnya modal bukanlah alasan untuk melejit tinggi. Saya sendiri juga sudah mengalaminya. Kuncinya pada KEULETAN dan semangat PANTANG MENYERAH! Ide-ide kreatif adalah modal yang sangat langka! Asalkan kita selalu yakin dengan diri-sendiri dan tidak berhenti berusaha, kita akan bertemu dengan jalan kesuksesan!

Ketiga, BANYAK IDE, BANYAK MODAL

Wow! Berbahagialah Anda jika Anda berada di golongan ini, karena saya banyak juga berjumpa dengan orang yang sukses sejak muda karena selain berasal dari background yang kaya dan cukup modal, ia juga kreatif dan punya banyak ide bisnis brilian. Hanya saja, jangan berpikir jika Anda di golongan ini maka kesuksesan sudah pasti di tangan Anda, karena ternyata tidak sedikit juga orang di golongan ini yang gagal. Mengapa? KETIDAKTAHUAN dan KESOMBONGAN menjadi penghambatnya. Ketidaktahuan diakibatkan oleh kurangnya pengalaman dan ketidakmauan untuk belajar. Sedangkan KESOMBONGAN mengakibatkan sikap “sok tahu” dan menganggap remeh. Merasa sudah bisa dan memiliki segalanya. Berhati-hatilah dengan kedua mentalitas ini.

Keempat, MISKIN IDE, MISKIN MODAL

Ah… jangan sampai kita ada di golongan ini ya? Namun, sepanjang pengamatan saya, sebenarnya golongan ini hampir-hampir tidak pernah saya jumpai. Karena sepertinya Tuhan itu adil. Dia tidak mungkin membiarkan kita berada dalam kondisi tidak punya modal maupun tidak punya ide! Justru yang kebanyakan saya jumpai adalah golongan kedua, banyak ide tapi minim modal. Namun, jika Anda masih tetap merasa di golongan keempat ini, maka jangan-jangan Anda tidak sadar bahwa selama ini ada potensi-potensi yang Tuhan taruh dalam diri Anda yang itu bisa menjadi modal sukses Anda. Saya merasa bahwa sebenarnya golongan keempat ini adalah golongan “semu” yang diciptakan sendiri oleh orang-orang yang putus asa dan merasa tidak berkemampuan apa-apa. Sebenarnya golongan in tidak benar-benar ada, hanya saja justru kebanyakan orang menyatakan diri miskin ide dan miskin modal demi membenarkan diri dan membela diri bahwa memang sudah nasibnya untuk gagal.

Nah, bagaimana dengan Anda? Berada di golongan manakah Anda? Dan apakah Anda punya pengalaman pribadi berkenaan dengan 4 “nasib” ini?

Josua Iwan Wahyudi
Indonesia EQ Master Trainer