EQ Mentor Certification Batch XII


Kelas EQ Mentor Certification ini adalah yang pertama dan satu-satunya di Indonesia sejak 2010. Kelas ini secara komprehensif dan praktis, akan memberikan Anda kemampuan untuk:

  • Memahami apakah Kecerdasan Emosi (EQ) yang sesungguhnya dan bagaimana dampaknya yang begitu luar biasa untuk seluruh aspek kehidupan kita.
  • Memahami kesalahan-kesalahan penerapan EQ. Banyak orang sudah mendengar soal Kecerdasan Emosi, tetapi hingga kini masih sangat sedikit yang benar pemahamannya dan benar-benar bisa mempraktekkannya
  • Menguasai penggunaan Kecerdasan Emosi (EQ) untuk berbagai aspek kehidupan, baik kehidupan pekerjaan maupun personal
  • Menggunakan Kecerdasan Emosi (EQ) untuk mengelola hubungan dengan orang lain mulai dari hubungan kerja hingga hubungan personal dan keluarga.

Selama 3 hari dalam 12 sesi, Anda akan dituntun dengan sangat praktis oleh Josua Iwan Wahyudi, satu dari sedikit pakar Kecerdasan Emosi (EQ) di Indonesia, yang berhasil menemukan Cristal EQ Model, yaitu sebuah metode praktek EQ yang sangat mudah dan sederhana untuk diaplikasikan oleh siapapun dalam keadaan apapun!

WITH SUPER BONUSES!

Untuk semakin memperdalam dan memperkuat penguasaan Anda terhadap EQ, kami juga akan memberikan kepada Anda 7 BONUS LUAR BIASA:

  1. ShifThink Emotional Intelligence Test (SEIT), yaitu tes Kecerdasan Emosi (EQ) yang memotret gambaran kompetensi EQ Anda secara menyeluruh. Dengan standar internasional, SEIT menjadi satu-satunya tes EQ di Indonesia yang memberikan gambaran utuh mengenai kondisi EQ Anda.
  2. ShifThink Personality Assessment (SPA), yaitu tes personaliti sekaligus tes daya tahan emosional Anda dalam menghadapi tekanan. Termasuk juga di dalamnya Anda akan mendapatkan gambaran komplit mengenai kecenderungan perilaku dan pola berpikir Anda.
  3. Emotional Root Test (ERT), yaitu tes untuk memetakan akar pola-pola emosi Anda, sehingga dalam waktu sangat singkat, Anda dapat menemukan apa akar penghambat yang selama ini membuat Anda menjadi tidak produktif.
  4. Tes S.O.P.A.N, yaitu tes untuk mengetahui apa yang menjadi tombol emosional penggerak Anda. Melalui tes ini kita juga bisa menggunakannya untuk memetakan tombol emosional orang lain.
  5. Buku E-Factor senilai Rp 150.000,-, satu-satunya buku Kecerdasan Emosi (EQ) yang paling komprehensif, sekaligus praktis dan aplikatif di Indonesia. Buku ini ditulis dengan bahasa yang sederhana, didesain dengan sangat atraktif, namun kaya akan tips dan panduan praktis yang ampuh sekaligus mendalam!
  6. Biodot Stress Assessor, sebuah alat khusus untuk mendeteksi tingkat ketegangan / stres Anda. Alat yang diimpor dari Amerika ini sangat akurat dan cepat dalam memberikan Anda gambaran situasi Anda dan bisa digunakan kapanpun dimanapun secara cepat dan mudah!
  7. Panduan 30 hari EQ Accelerator, yaitu sebuah buku yang berisi tuntunan sederhana untuk dibaca dan dipraktekkan setiap hari selama 30 hari. Dengan mengikuti perjalanan tuntunan dari buku ini, dalam 30 hari Anda akan mengalami pertumbuhan Kecerdasan Emosi yang sangat signifikan. Buku ini juga bisa Anda pakai untuk bahan coaching awal dengan klien maupun orang yang Anda mentor!

Mengingat kelas ini sangat eksklusif, penuh dengan pembelajaran yang interaktif dan juga praktek-praktek personal yang mendalam, maka kami membatasi peserta untuk kelas ini hanya 12 orang saja! Karena itu segeralah bertindak cepat untuk mendaftarkan diri Anda!


Memahami Karyawan Gen-Y

Sudah 5 tahun terakhir ini, dunia kerja dan bisnis mengalami pergeseran yang cukup drastis. Salah satu penyebabnya adalah adanya perubahan kultur yang didorong percepatan perkembangan teknologi yang menggila, sehingga menghasilkan generasi yang berbeda sama sekali dengan generasi sebelumnya.

Para karyawan di kantor mulai diisi oleh mayoritas dari angkatan Gen-Y yang tampak seperti “makhluk” berbeda. Pendekatan-pendekatan yang selama ini dilakukan seolah menjadi tidak relevan lagi bagi mereka.

Itu sebabnya, manajemen dan kepemimpinan perlu untuk berubah. Perusahaan yang mampu memberdayakan dan memobilisasi karyawan Gen-Y, akan menerima keuntungan produktifitas yang besar. Sementara mereka yang gagal menyikapi Gen-Y, akan kehilangan daya saingnya secara perlahan.

Namun, keragaman dan luasnya jarak sosial di Indonesia, memunculkan problem tersendiri. Para karyawan Gen-Y di Indonesia, sedikit berbeda jika dibandingkan dengan negara lain. Indonesia yang memiliki corak budaya, jarak persebaran geografis yang luas, serta rentang ekonomi sosial yang jauh, menyebabkan pembentukan Gen-Y yang juga bervariasi.

Meski ciri-ciri umum Gen-Y terdapat pada semua golongan, namun secara spesifik, di Indonesia, para karyawan Gen-Y bisa terbagi menjadi 3 golongan besar seperti yang tertera pada grafis informasi berikut ini:



Memahami klasifikasi ini, akan menolong kita untuk menganalisa dan memperhitungkan bagaimana kita akan membangun tim untuk perusahaan atau tim kita. Karena masing-masing klasifikasi memiliki kelebihan dan kelemahannya sendiri.

Dengan mengenali klasifikasi ini juga akan menolong kita untuk lebih memahami tim kita dan menemukan strategi yang tepat untuk memimpin mereka.

Tentu saja klasifikasi ini adalah sebuah generalisasi golongan, sehingga pasti ada ‘anomali’ yang terjadi di masing-masing golongan. Namun, setidaknya, klasifikasi yang dibuat berdasarkan pengalaman dan pengamatan di lapangan selama 5 tahun terakhir ini, akan bisa memberikan kita panduan dan gambaran umum dalam menyikapi para karyawan Gen-Y di sekitar kita.

Selamat memimpin para Gen-Y!


 

Josua Iwan Wahyudi (JIW) adalah satu dari sangat sedikit pakar Kecerdasan Emosi (EQ) di Indonesia dan merupakan Master Trainer EQ yang berpengalaman lebih dari 10 tahun memberikan pelatihan di berbagai perusahaan, organisasi, kampus, dan sekolah. Beliau merupakan International Certified EQ Trainer termuda di Indonesia dari Six Seconds International dan merupakan International Certified EQ-i Coach dari Reuben Bar-On. Selain pernah dipercaya menjadi EQ Coach untuk finalis Indonesian Idol 2012,2014, & 2018, serta menjadi EQ Coach untuk Miss Indonesia 2015, sampai kini beliau masih aktif untuk mengajar Kecerdasan Emosi (EQ) untuk berbagai level audiens dan sudah menulis 37 buku! Bahkan, buku “E-Factor” yang beliau tulis, menjadi buku EQ paling aplikatif yang pernah ada di Indonesia.


MELATIH EMOSI ANAK SEJAK DINI MELALUI DONGENG

Seperti kita ketahui, anak-anak sangat menyukai cerita-cerita dongeng ataupun fiksi. Tapi tahukah Anda bahwa dongeng dan cerita anak-anak mempengaruhi dirinya hingga dewasa? Tidak heran jika Anda masih menjumpai orang dewasa yang masih menyukai super hero atau pun tokoh-tokoh dari cerita fiksi lainnya seperti cerita fairy tale yang pernah mereka ketahui. Anak perempuan yang menyukai tokoh-tokoh putri atau pun para anak laki-laki yang memimpikan dirinya sebagi tokoh jagoan yang bisa memerangi kejahatan membuat film-film yang diproduksi oleh Disney, Dreamworks, Warner Bross dan rumah produksi lainnya tidak pernah kehabisan penggemar.

Cobalah tengok isi bioskop saat pemutaran film-film seperti Captain America, The Avengers, maupun film animasi macam Tangled, Frozen, The Croods, bahkan hingga film yang sangat “khayal” seperti Transformers. Penonton yang memenuhi bioskop bukan hanya anak-anak, tapi malah lebih banyak orang dewasa (terutama yang ketika kanak-kanak pernah “berjumpa” dengan sosok-sosok di film itu melalui komik, cerita, maupun animasi kartun).

Mungkin bagi beberapa orang, dongeng hanya sekedar cerita khayalan saja tapi tidak bagi anak-anak. Kreatifitas seseorang terbentuk dari daya imajinasinya dan imajinasi itu ada di masa kanak-kanak, khususnya di usia golden age (1-5 tahun). Masa dimana setiap orang di sekeliling anak tersebut khususnya orang-orang yang setiap hari berinteraksi dengan dirinya akan membentuk dan mempengaruhi cara hidup mereka di masa depan.

Tahukah Anda dongeng memiliki kekuatan yang sangat besar untuk psikologi anak dan kecerdasan emosi mereka? Anda bisa melatih kecerdasan emosi anak melalui mendongeng. Indonesia memiliki kaya akan cerita dongeng dari berbagai daerah, seperti cerita Si Kancil. Sayangnya tidak banyak diterapkan oleh orang tua di masa sekarang. Anak-anak lebih banyak disuguhi oleh media elektronik seperti tv dan video games sebagai pilihan orang tua dalam mengasuh anak saat ini. Ketidakseimbangan emosi dalam diri anak pun terjadi.

Dengan mendongeng, Anda bisa mengekspresikan emosi melalui suara-suara binatang yang ada di cerita tersebut atau suara gemuruh petir dan juga suara lainnya dengan berbagai intonasi dan tekanan. Anak-anak jadi mengenal berbagai emosi dari ekspresi suara, wajah dan gerakan Anda. Secara tidak langsung, Anda merangsang kreatifitas dan pengenalan terhadap berbagai macam ekspresi emosi.

Anda bisa menanamkan nilai-nilai yang ingin Anda wariskan untuk bekal hidup mereka di masa depan dengan memilih cerita dongeng yang sesuai. Sehingga anak-anak belajar mengenai banyak hal dalam kehidupan cerita tersebut seperti kejujuran, ketekunan, hormat, dan nilai-nilai lainnya.

Kualitas waktu yang dibentuk dari budaya mendongeng akan membantu mempererat kedekatan hubungan emosional Anda dengan anak Anda. Ada masa dimana anak Anda akan sulit memberikan waktu untuk mendengarkan Anda karena dunianya sudah berubah. Sebuah penelitian menyebutkan rata-rata setiap orang mengingat peristiwa berkesan dan membekas adalah ketika di masa kecil, yaitu peristiwa yang mengandung emosi baik itu peristiwa yang menyedihkan atau pun yang menyenangkan. Dan tentunya Anda pasti menginginkan anak-anak Anda mengingat Anda melalui peristiwa yang menyenangkan bersamanya. Jadi, mulailah luangkan waktu untuk melakukan “dongeng sebelum tidur”, Anda takkan menyangka betapa dahsyat hasil dari waktu 20 menit yang Anda sisihkan untuknya… Sesuatu yang pasti takkan Anda sesali seumur hidup!


TIDAK HANYA SEKEDAR BICARA

Banyak orang yang mengira kalau mereka sudah fasih dalam berbicara, maka mereka menganggap bahwa diri mereka ahli dalam berkomunikasi.

Tidak sedikit juga orang yang berpikir bahwa sering berbicara dan ngobrol menunjukkan bahwa komunikasi mereka tidak ada masalah. Namun kenyataannya tidak sesederhana itu.

Komunikasi tidak melulu soal bagaimana kita berbicara, bahkan, seringkali ada banyak bentuk komunikasi yang sama sekali tidak melibatkan kata-kata dan ucapan verbal. Lalu, jika demikian, apa yang bisa kita lakukan agar kita benar-benar menjadi ahli komunikasi?

1. MENDENGAR

Saat berkomunikasi, banyak orang cenderung fokus mencoba menyampaikan apa maksud kita. Itu sebabnya banyak kasus dimana orang berlomba-lomba memotong pembicaraan. Bukan kebetulan sebuah pepatah muncul dan menjadi popular dengan pesannya, “manusia diciptakan memiliki 1 mulut dan 2 telinga supaya kita lebih banyak mendengar daripada berbicara”.

Di dalam komunikasi ada saatnya mendengarkan dan ada saatnya berbicara. Mendengarkan di sini artinya  tidak hanya sekedar mendengar saja, tetapi menyimak. Menyimak akan memperlihatkan tanda keperdulian Anda terhadap apa yang mereka rasakan dan pikirkan.

Ketika Anda bertanya kepada orang lain, simaklah jawabannya. Jangan hanya perhatikan kata-kata yang mereka ucapkan, tapi juga bagaimana mereka berbicara. Ajukan pertanyaan yang menyambung pembicaraan. Perhatikan pendapat dan ide mereka. Komunikasi tanpa menyimak akan membuat komunikasi tidak berlangsung dengan baik.

Banyak kasus kesalahpahaman komunikasi dan konflik muncul bukan karena maksud yang tak tersampaikan, melainkan kita yang gagal menangkap apa maksud yang coba disampaikan orang lain.

2. MENYADARI AREA YANG LEMAH DAN MEMPERBAIKINYA

Kita perlu menyadari bahwa dengan hanya bertukar kata tidak menjamin komunikasi sudah baik. Hubungan yang harmonis sekali pun memiliki saat-saat dimana tiba-tiba komunikasi kita terasa tidak “nyambung”.

Komunikasi tidak hanya berbicara tentang apa yang ingin disampaikan, tetapi juga tahu kapan dan bagaimana menyampaikannya. Itu sebabnya, kita harus belajar mengevaluasi cara-cara kita dalam berkomunikasi, meminta feedback dari orang-orang terdekat kita, dan terbuka untuk belajar cara-cara orang lain.

Ingat, sama seperti dulu kita belajar berjalan, menulis, berhitung, menyetir mobil, dan banyak keahlian lainnya, begitu pula dengan komunikasi, kita perlu terus belajar menyempurnakan cara-cara komunikasi kita.

3. ENERGI EMOSI

Inilah faktor yang paling jarang disadari oleh kebanyakan orang. Komunikasi tidak hanya terjadi melalui apa yang terlihat, tetapi apa yang tak terlihat dari dalam diri kita juga turut berkomunikasi, yaitu energi emosional.

Sadar tak sadar, saat Anda marah, tanpa perlu mengeluarkan kata-kata dan menunjukkan dari wajah Anda, seringkali energi marah Anda bisa dirasakan oleh orang lain. Itu sebabnya, dalam berkomunikasi Anda harus menyadari energi apa yang Anda radiasikan kepada orang lain.

Banyak pemimpin mencoba memotivasi bawahannya namun ia meradiasikan energy pesimisme. Maka, meski kata-katanya adalah ucapan optimis, namun bawahannya bisa merasakan bahwa sebenarnya pemimpin mereka pesimis.

Itu sebabnya ahli komunikasi yang cerdas mampu melakukan “emotion switch”, yaitu mengubah energi emosi mereka dan mood mereka untuk mendukung isi komunikasi yang sedang mereka sampaikan kepada orang lain.

Nah, selamat berlatih kembali!


MEMBANGUN INTEGRITAS

Banyak orang mengira bahwa promosi, peningkatan karir, pertumbuhan bisnis, atau kemajuan hidup, hanya didasarkan pada kerja keras, keahlian-keahlian, dan sikap optimis. Sedikit orang yang sadar bahwa ada sebuah faktor penting yang memang tampak “kecil” namun efeknya sangat besar. Faktor tersebut bernama Integritas.

Bayangkan jika Anda memiliki bawahan yang tidak bisa dipegang kata-katanya. Bayangkan Anda berbisnis dengan orang yang bisa berubah-ubah isi janji dan perkataannya. Bayangkan jika sebuah perusahaan tidak memegang komitmen dan prinsip yang mereka publikasikan. Mungkinkah orang lain mau berhubungan lebih lanjut?

Disinilah integritas berperan penting dalam mengokohkan kaki kita di jalur kemajuan.

Bahkan, dalam banyak kasus, orang yang memiliki integritas akan lebih dipercaya daripada mereka yang hanya sekedar ahli tapi sulit dipercaya. Karena itu, cobalah lihat bagaimana “level” integritas Anda… Sudahkah Anda menerapkan 4 indikator integritas sederhana berikut ini:

1. Setia dan tidak meremehkan hal-hal kecil

Kita sering menganggap remeh keteledoran-keteledoran kecil. Kita seringkali tidak ambil pusing dengan “pengingkaran-pengingkaran” kecil. Tapi tahukah Anda? Jika Anda melakukan berulang kali dan terus menerus, tanpa Anda sadari, Anda membangun suatu kebiasaan baru yang membuat orang lain perlahan-lahan bisa melihat bahwa ternyata Anda bukan orang yang bisa dipercaya dan diandalkan. Bangun komitmen dan jaga konsistensi secara terus menerus untuk setia terhadap nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang Anda pegang meski mengandung resiko kehilangan kenyamanan Anda.

2. Melakukan secara konsisten apapun situasinya

Kebudayaan di sekeliling kita membangun suatu gaya hidup perasaan yang bernama “tidak enak”. Hal ini yang membuat seseorang terlihat “plin-plan” dan tidak konsisten sehingga ia kehilangan integritasnya. Belajarlah untuk mulai konsisten dalam hal-hal yang sederhana dulu. Misalnya, jika Anda sudah berkomitmen untuk tidak buang sampah sembarangan, maka meski berada di lingkungan yang semuanya membuang sampah dan Anda diminta untuk membuangkan sampah teman di jalan, berusahalah memegang komitmen Anda secara konsisten meski di situasi sulit. Disitulah karakter integritas Anda diperkuat.

3. Membangun budaya kepercayaan.

Membangun kepercayaan tentunya tidak mudah. Butuh waktu yang tidak sebentar dan perlu terus dijaga. Anda bisa mulai membantu menciptakan budaya ini di lingkungan kerja Anda. Belajarlah melakukan apa yang sudah Anda janjikan atau katakan, dan beranilah menanggung akibat dari tindakan-tindakan Anda. Banyak orang dianggap kurang berintegritas karena melempar tanggung jawab saat terjadi kesalahan.

4. Berperilaku seperti sedang diawasi

Seringkali ditemukan para pekerja di perusahaan hanya bekerja secara optimal jika ada yang mengawasi atau ada atasan. Mulai sekarang, berusahalah melakukan yang terbaik meski tidak sedang diawasi. Contoh sederhana, taatilah lampu merah meski tidak ada polisi yang mengawasi, karena disitulah integritas kita diuji. Integritas justru dipraktekkan bukan saat dilihat orang, melainkan pada saat tidak ada siapa-siapa disana.

Percayalah, orang yang memiliki integritas kuat, tak akan pernah kekurangan dukungan. Orang yang memiliki integritas, meski melewati masa sulit, akan selalu ada orang lain yang menolong dan memberi jalan padanya, karena integritas seperti nyala cahaya di tengah malam, begitu langka namun terlihat jelas oleh orang lain.


EQ Coaching Indonesian Idol 2014

Tanggal 5 April 2014, Master Trainer EQ Indonesia, Josua Iwan Wahyudi, kembali dipercaya untuk memberikan EQ Coaching kepada finalis Indonesian Idol, kali ini Master Trainer EQ Indonesia memberikan tips melakukan “mood management” kepada Husein, Gio, Virzha, dan Ubay (minus Yuka dan Nowella yang sedang sakit), yang masih bertahan dalam babak 6 besar Indonesian Idol 2014.

Dalam sesi EQ Coaching ini, Josua Iwan Wahyudi memberikan 3 tips praktis yang bisa dipraktekkan dengan sangat singkat untuk meningkatkan mood dan perasaan kita terutama dalam menghadapi kompetisi yang ketat, menghadapi situasi sulit yang tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, dan dalam menghadapi perjuangan meraih target.

Dengan memberikan banyak contoh nyata baik di industri musik maupun industri diluar musik, Master Trainer EQ  Indonesia, Josua Iwan Wahyudi, mencoba menunjukkan betapa pentingnya memiliki mood yang stabil dan memiliki kemampuan emotional management yang bisa memunculkan best performance dalam kondisi apapun. Dalam sesi ini, setiap finalis semakin menyadari betapa pentingnya memiliki mood management yang baik agar selalu bisa memberikan penampilan terbaik.


“Rahasia Keunggulan” bersama Ciputra Group

Pada bulan Februari dan Maret 2014, Ciputra Group kembali mengundang Master Trainer EQ Indonesia, Josua Iwan Wahyudi, untuk memberikan seminar “Rahasia Keunggulan” untuk brokers gathering yang diselenggarakan di 2 tempat, yaitu di Banjarmasin dan Samarinda. Perkembangan bisnis properti yang dirasakan oleh Ciputra Group di luar pulau Jawa, membuat mereka tetap ingin mempertahankan keunggulan mereka menjadi pemain utama di berbagai wilayah di Indonesia.

Itu sebabnya, di 2 lokasi yang berbeda ini, Master Trainer EQ Indonesia, Josua Iwan Wahyudi memberikan 4 tips praktis bagaimana menjadi pribadi yang unggul dalam situasi dan keadaan apapun. Seminar ini bukan sekedar seminar motivasi karena Master Trainer EQ Indonesia, Josua Iwan Wahyudi, bukan hanya memberikan suntikan semangat saja, tetapi juga memperlengkapi setiap peserta dengan berbagai trik untuk memiliki kemampuan membaca orang dengan cepat, menyesuaikan gaya komunikasi yang tepat dengan orang lain, meningkatkan kualitas diri di atas rata-rata, dan juga tips menghadapi keadaan-keadaan sulit yang terjadi.

Di hadapan sekitar 100-150 orang di tiap kota, Master Trainer EQ Indonesia, Josua Iwan Wahyudi, membawakan seminar ini dengan fun, memberikan simulasi langsung untuk membuat peserta memahami materi dengan lebih baik, serta memberikan contoh-contoh nyata yang banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari.


Emosi Tidak Hanya Ada Pada Manusia?

Baru-baru ini dunia mulai dihebohkan dengan berita mengenai pengembangan sebuah teknologi mutakhir di Eropa. Teknologi ini bertujuan membuat sebuah robot yang bisa memiliki emosi. Robot ini dikenal dengan istilah robot humanoid, yaitu robot yang bisa membangun ikatan dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya. Uniknya, robot ini juga bisa mendeteksi emosi manusia melalui aktivitas non verbal seperti bahasa tubuh dan ekspresi wajah, bahkan mahir membaca perasaan orang lain meskipun komunikasi tersebut cukup panjang. Hal ini dikarenakan ‘otak’nya di desain dengan jaringan syaraf pikiran manusia sehingga mampu mengingat segala interaksi dengan banyak orang yang berbeda. Robot ini juga bisa mengalami stres atau pun marah jika ia merasa tidak nyaman dengan manusia yang berinteraksi dengannya.

Selain teknologi robot, ada juga penelitian emoticon terbaru untuk aplikasi chatting yang sedang dikembangkan di Jepang. Jika selama ini Anda mengekspresikan emosi Anda melalui simbol-simbol emoticon yang tersedia di aplikasi yang Anda gunakan, maka kini sedang dikembangkan bentuk emoticon yang berasal dari wajah Anda sendiri. Artinya, orang yang sedang berinteraksi dengan Anda akan lebih mudah membayangkan ekspresi wajah Anda, sehingga ber”texting” menjadi semakin terasa “live”.

Dapatkah Anda bayangkan betapa majunya teknologi saat ini? Emosi yang merupakan bagian kompleks dan unik dalam diri manusia berusaha “ditaruh” di sebuah benda mati dan aplikasi. Mungkin tokoh khayalan semacam Astro Boy dan Doraemon yang selama ini hanya ada di dalam kartun anak-anak sekarang, bisa-bisa segera menjadi nyata.

Kehidupan di jaman sekarang khususnya di kota-kota besar dan negara-negara maju sudah membuat manusia memiliki tingkat individualis lebih tinggi dibanding dahulu. Perubahan kehidupan yang terjadi juga mempengaruhi cara manusia berinterkasi. Interaksi manusia banyak diperbantukan (atau malah digantikan?) dengan alat dan aplikasi komunikasi. Dimana kita juga bisa mengekspresikan perasaan kita dengan emoticon yang tersedia oleh aplikasi tersebut. Tidak hanya bisa membuat orang yang jauh menjadi dekat namun juga bisa membuat orang yang dekat menjadi jauh. Bahkan tidak sedikit konflik terjadi karena kesalahan pahaman.

Saya juga sempat menyaksikan berita bagaimana kehidupan beberapa orang yang tinggal bersama dengan manekin, boneka atau pun robot untuk menemani mereka yang tinggal sendiri. Sungguh unik bagaimana posisi yang pada dasarnya diisi oleh sesama manusia tapi dipilih dan digantikan dengan benda mati.

Namun, pertanyaannya, benarkah interaksi emosional manusia bisa di”program”kan dan bahkan bisa digantikan oleh teknologi digital? Memang sulit untuk menjawab ini karena kita tak pernah tahu masa depan. 100 tahun yang lalu kita tak pernah berpikir bahwa seluruh dunia bisa terkoneksi dengan mudah dan cepat, namun begitu internet muncul, jarak dan waktu seolah bukan masalah lagi.

Sejauh ini, berdasarkan pengalaman nyata dan kasus yang terjadi di lapangan, maupun hasil survey di berbagai negara dan oleh berbagai ahli, teknologi hanya bisa mempermudah dan mempercepat interaksi namun tak pernah bisa menggantikan koneksi emosional yang ada. Bahkan berbagai seminar yang menggunakan “live streaming” tetap tak bisa memiliki efek koneksi emosional yang lebih kuat dibandingkan dengan seminar yang “live” dimana sang pembicara benar-benar hadir dan berhadapan langsung di lokasi.

Begitu pula, semua emoticon dan bentuk pengganti ekspresi emosi yang ada hingga hari ini, bahkan tidak mampu mewakili separuh dari perasaan dan apa yang sedang terjadi dalam hati kita. Maka, pesan dari artikel ini adalah, jangan sampai kita mencoba menggantikan hubungan dan interaksi emosional dengan teknologi.

Bagaimanapun perjumpaan langsung tetap belum bisa terwakili oleh teknologi secanggih apapun.


BE A GOOD LEADER

Adakah pemimpin yang tidak ingin dihormati oleh bawahannya? Adakah pemimpin yang ingin bawahannya “mbalelo” alias tidak melakukan apa yang diperintahkan? Dan adakah pemimpin yang mau memiliki bawahan yang menentang dia, tidak patuh, dan malah membuat pekerjaan makin sulit? Tentu saja pemimpin yang normal tidak akan ada yang mau.

Namun, seringkali, bawahan yang tidak “perform” seperti yang kita harapkan, bukanlah karena mereka ingin bersikap seperti itu. Dalam buku berjudul “Leaders and Self Deception” yang diulis oleh Gallup Organization, dikatakan bahwa 50% pemimpin tidak sadar bahwa penyebab munculnya masalah adalah diri mereka sendiri.

Artinya, kadang-kadang kepemimpinan kitalah yang kemudian menciptakan orang-orang yang sulit dipimpin. Jadi, sebelum marah-marah dan menyalahkan orang lain, bagaimana kalau kita pelajari 3 hal sederhana mengenai kepemimpinan yang efektif, siapa tahu dengan mengubah cara Anda memimpin, masalah menjadi terselesaikan dengan lebih mudah.

1. Lakukan Terlebih Dahulu

Sampai saat ini, budaya meminta dan menuntut lebih banyak ditemukan termasuk di dalam perusahaan. Pemimpin ingin didukung, dipedulikan, dipatuhi dan dihormati tetapi tidak melakukan sikap yang sama kepada bawahannya. Sebagai seorang pemimpin, sangat dibutuhkan tindakan inisiatif dan bergerak lebih dahulu karena dukungan dan penghormatan akan tercipta ketika Anda dengan konsisten melakukannya. Perlakukan bawahan Anda (atau tim Anda) seperti Anda ingin diperlakukan dan jadikan mereka sebagai rekan kerja Anda.

Seorang pakar kepemimpinan, Tim Elmore, berkata bahwa seorang pemimpin adalah seorang “tuan rumah”. Jika Anda sedang berkunjung ke rumah orang lain, siapa yang lebih aktif dan berinisiatif? Biasanya tuan rumah kan? Mereka akan lebih “serving” daripada si tamu. Begitu pula seorang pemimpin, seharusnya dia lebih aktif dan berinisiatif untuk melakukan lebih banyak dan lebih dulu, sehingga orang-orang yang ia pimpin bisa melihat bahwa bukan tanpa alasan Anda dijadikan pemimpin di atas mereka. Dengan demikian, akan muncul respek dan kemauan untuk mengikuti Anda.

2. Menciptakan Komunikasi yang Sehat

Banyak ditemukan komunikasi tak sehat yang terjadi antara bawahan dan atasan. Masih ada atasan yang lebih sering memberikan instruksi dan menagih target tanpa memperhatikan perkembangan dan hambatan yang dialami oleh bawahan. Bagaimanapun, seorang manusia tetap selalu ingin diperlakukan sebagai manusia.

Budaya kerja yang terlalu industrialis kadang-kadang menempatkan karyawan sebagai robot pekerja yang hanya dituntut hasil tanpa diperdulikan sisi kemanusiaan personalnya. Banyak sekali dijumpai atasan-atasan yang bahkan menganggap semua urusan personal ,perasaaan, dan hubungan adalah hal yang menghambat kinerja dan tidak ada kaitannya dengan pekerjaan.

Padahal, komunikasi yang sehat hanya bisa terbangun ketika kita concern dengan kehidupan di luar pekerjaan sang karyawan. Ketika kita bisa menyentuh sisi kemanusiaan bawahan, kita akan lebih mudah untuk mendiskusikan urusan pekerjaan, sehingga mungkin kita tak perlu lagi “menendang-nendang” si bawahan untuk bergerak.

3. Fokus ke Solusi

Setiap masalah dalam tim atau perusahaan Anda, tanggung jawab dan keputusan terakhir tetap ada di tangan Anda. Susahnya, banyak atasan ketika terjadi masalah, mereka hanya bisa marah, mencari siapa yang salah, dan memberikan tuntutan lebih banyak lagi. Padahal, seseorang dijadikan pemimpin karena dianggap lebih solutif daripada yang lain.

Ketika keadaan menjadi sulit, orang akan melihat dan bergantung pada pemimpin, itu sebabnya Anda harus melatih diri menjadi seorang “solution maker”. Anda boleh saja menegur, marah, dan mengingatkan, namun jangan lupa bahwa solusi harus selalu ada. Bawahan akan lebih menerima kemarahan dan teguran Anda ketika mereka bisa melihat bahwa Anda datang dengan solusi.

Jika orang lain yang malah lebih punya solusi dari Anda, bukankah seharusnya dia yang menjadi pemimpin?

So… Selamat menikmati menjadi pemimpin yang berkualitas!


Public Hypnotic Presentation Skill

Public training tahun 2014 diawali dengan dibukanya salah satu program unggulan Shifthink yaitu Advanced Hypnotic Presentation and Speaking. Program ini bersifat premium yang diadakan bagi pribadi yang berinteraksi dan berhadapan dengan banyak orang. Pelatihan ini tidak hanya untuk presentasi saja tetapi juga bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Peserta yang hadir tidak hanya dari professional kerja namun juga dihadiri oleh anak muda, salah satunya mahasiswa dan pengusaha muda yang ingin meningkatkan kemampuan berbicara.

Kelas ini diadakan selama 2 hari yang berlangsung pada tanggal 21-22 Februari 2014 di Hotel Ciputra, Jakarta. Hari pertama, Master Trainer EQ Indonesia,  Josua Iwan Wahyudi memberikan fundamental presentation skill. Dilanjutkan dengan penjelasan budaya yang mempengaruhi dalam menanggapi hypnosis. Para peserta turut aktif dalam menanyakan proses hypnosis dan berbagi pengalaman yang diketahui oleh mereka sehingga menjadikan pelatihan ini menjadi lebih interaktif dan mudah dipahami. Dan hari pertama, Bapak Josua mengakhiri dengan pembelajaran presentasi dari persiapan sampai dengan pasca presentasi. Selama sesi ini banyak diberikan perlengkapan presentasi yang menarik dengan simulasi yang sangat mudah dilakukan, beserta permainan-permainan magic yang membuat presentasi menjadi lebih fun.

Hari kedua, peserta lebih banyak terlibat secara praktek dalam melakukan presentasi. Pembelajaran hari pertama, mereka aplikasikan dengan content presentasi yang dibawakan. Setiap peserta mendapatkan banyak saran dan gambaran dari peserta lain dan juga dari Master Trainer EQ Indonesia, Josua Iwan Wahyudi. Praktek presentasi yang dilakukan meningkatkan kepercayaan diri mereka di depan umum dan menyadari bahwa hypnotic presentation skill bisa dilakukan oleh siapa pun.

Master Trainer EQ Indonesia, Josua Iwan Wahyudi juga memberikan banyak contoh dari berbagai para pembicara di berbagai negara, yang bisa membuka wawasan dan gambaran peserta lebih luas bahwa presentasi tidak hanya berkaitan dengan orang saja tetapi juga hal-hal teknis yang sangat mempengaruhi. Selain praktek, pelatihan hari kedua ini juga dipenuhi dengan banyak simulasi yang sangat variatif sehingga peserta memiliki pilihan-pilihan yang bisa diaplikasikan. Suasana hari kedua menjadi lebih menyenangkan, hal ini terlihat dari keterlibatan para peserta di setiap sesinya.

Selama 2 hari pelatihan membuat para peserta bisa mengalami secara langsung setiap materi yang diberikan. Para peserta juga melakukannya tidak hanya selama sesi di kelas tetapi juga berlangsung dalam suasana santai pada saat break dan lunch. Dengan kualitas materi yang berbobot, Hypnotic presentation skill & speaking yang dibawakan oleh Master Trainer EQ Indonesia, Josua Iwan Wahyudi tetap terasa ringan, menyenangkan dan mudah diaplikasikan.